"Abbas mengirimkan belasungkawa kepada keluarga mantan presiden Shimon Peres, beliau menyampaikan kesedihan dan dukacita," demikian seperti dilaporkan kantor berita Palestina, WAFA, seperti dilansir AFP, Rabu (28/9/2016).
"Peres merupakan mitra dalam mencapai perdamaian yang berani bersama mendiang Yasser Arafat dan perdana menteri (Yitzhak) Rabin, dan terus melakukan upaya yang tak kunjung padam untuk mencapai perdamaian abadi dari Perjanjian Oslo hingga saat-saat terakhir dalam hidupnya," imbuh laporan WAFA soal kesan Presiden Abbas pada mendiang Peres.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peres meninggal dunia di usia 93 tahun, pada Rabu (28/9) dini hari, usai dua minggu dirawat di rumah sakit. Peres masuk rumah sakit dua pekan lalu usai mengeluh sakit kepala yang kemudian diikuti serangan stroke.
Sosok Peres dikenal sebagai tokoh perdamaian yang berjasa mengupayakan perdamaian Israel-Palestina semasa hidup. Pada 10 Desember 1994, Peres yang saat itu menjabat Menteri Luar Negeri Israel, bersama dengan Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin dan pemimpin Palestina Yasser Arafat menerima Nobel Perdamaian.
Nobel Perdamaian itu dianugerahkan atas upaya mereka sebagai 'arsitek' kesepakatan damai sementara tahun 1993, yang juga disebut Perjanjian Oslo. Perjanjian itu berisi pakta kesepakatan antara Israel dan Palestina, namun sayangnya harapan Peres agar perjanjian itu menjadi permanen gagal terwujud.
Baca juga: Dipuji Internasional, Shimon Peres Pernah Tak Dicintai Rakyat Israel
Saat PM Rabin dibunuh oleh penentang kesepakatan perdamaian itu pada tahun 1995, Peres menggantikannya sebagai PM Israel. Dia menyerukan digelarnya pemilu awal agar pemerintah bisa segera melanjutkan upaya mencapai solusi dua negara bagi konflik Israel-Palestina. Namun gelombang serangan bom bunuh diri dari Palestina dan serangan lainnya menodai upaya perdamaian. Harapan Peres pun pupus.
Saat menjabat Presiden Israel ke-9 periode 2007-2014, Peres terus mengupayakan perdamaian Israel-Palestina. Dia bahkan pernah berpidato di depan parlemen Turki pada tahun 2007. Hal itu menjadikannya sebagai Presiden Israel pertama yang berpidato di hadapan legislatif negara muslim.
Peres pensiun dari jabatan publik pada tahun 2014 dan tetap melanjutkan upayanya memperjuangkan perdamaian di Timur Tengah. Peres mengabdikan diri pada Pusat Perdamaian Peres, sebuah organisasi yang memperjuangkan hubungan yang lebih baik antara Israel dengan Palestina.
![]() |
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini