Usul Pengawal Hillary Tak Perlu Bersenjata, Trump: Lihat Apa yang Terjadi

Pemilihan Presiden AS

Usul Pengawal Hillary Tak Perlu Bersenjata, Trump: Lihat Apa yang Terjadi

Novi Christiastuti - detikNews
Sabtu, 17 Sep 2016 12:28 WIB
Donald Trump (REUTERS/Mike Segar)
Washington - Calon presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik, Donald Trump, mengusulkan agar Secret Service yang mengawal rivalnya capres Partai Demokrat Hillary Clinton tak membawa senjata api. Seruan ini karena Hillary tak sepakat dengan hak kepemilikan senjata yang diatur amandemen Konstitusi AS.

"Dia (Hillary-red) ingin menghancurkan Amandemen Kedua (Konstitusi AS)," tegas Trump merujuk pada amandemen kedua Konstitusi AS mengatur hak setiap warga negara AS untuk menyimpan dan menggunakan senjata api, seperti dilansir AFP, Sabtu (17/9/2016).

Hillary dan para politikus Partai Demokrat selama ini memperjuangkan pembatasan kepemilikan senjata api di AS setelah maraknya kasus penembakan brutal yang memakan banyak korban jiwa. Kalangan Partai Republik menentang upaya itu dan menyebut Demokrat melanggar amandemen Konstitusi AS.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca juga: Berkampanye untuk Hillary, Michelle Obama Bujuk Mahasiswa AS Ikut Pilpres

Meskipun Hillary hanya mendukung beberapa langkah pembatasan senjata api, Trump secara tidak akurat menyerukan bahwa Hillary ingin melarang semua senjata api di wilayah AS. Beberapa waktu lalu, Trump menyebut Hillary munafik karena menerima perlindungan dari agen Secret Service yang bersenjatakan pistol.

"Saya pikir para pengawalnya harus menanggalkan seluruh senjata. Saya pikir mereka harus dilucuti senjatanya. Segera," cetus pengusaha real estate asal New York itu.

"Apa yang kalian pikirkan. Iya? Ambil semua senjata mereka. Dia (Hillary-red) tidak ingin senjata. Ambil semuanya. Mari kita lihat apa yang akan terjadi padanya. Ambil semua senjata mereka, oke. Situasi akan menjadi semakin berbahaya," imbuhnya.

Selama beberapa bulan terakhir, Hillary dan juga Trump mendapat perlindungan khusus dari Secret Service. Perlindungan ini bersifat melekat pada keduanya yang telah resmi menjadi capres AS, dari Partai Demokrat dan Partai Republik.

Baca juga:
Polling Nasional Terbaru: Hillary Clinton Unggul Tipis Atas Donald Trump

Di sisi lain, seruan Trump dianggap memprovokasi ancaman keamanan bagi Hillary. Manajer kampanye Hillary, Robby Mook, mengecam seruan Trump itu.

"Apakah ini dilakukan untuk memprovokasi demonstran di kampanye atau hanya lelucon, ini sungguh kualitas yang tidak bisa diterima dari siapapun yang berniat menjadi commander-in-chief," ucap Mook merujuk pada sebutan untuk Presiden AS.

"Dia (Trump-red) tidak pantas menjadi Presiden dan inilah saatnya bagi pemimpin Partai Republik untuk tegas mengecam perilaku meresahkan dari capres mereka," imbuhnya.

(nvc/trw)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads