Mantan pembunuh bayaran bernama Edgar Matobato (57) itu tampil memberikan keterangannya di hadapan Senat Filipina Komisi Hukum dan HAM, seperti dilansir AFP, Kamis (15/9/2016). Keterangan yang diberikan Matobato itu terjadi saat Duterte masih aktif menjabat Wali Kota Davao.
Menurut Matobato, tahun 1993 lalu, saat dirinya dan anggota death squad lainnya hendak menjalankan misi, mereka tiba-tiba dihadang oleh kendaraan seorang agen dari Biro Investigasi Nasional pada Departemen Kehakiman. Baku tembak pun tak terhindarkan dalam 'pertemuan' itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Wali Kota Duterte merupakan orang yang menghabisinya. Jamisola (nama pejabat kehakiman itu) masih hidup ketika dia (Duterte) tiba. Dia mengosongkan dua magasin Uzi (jenis senapan mesin) ke arahnya (pejabat kehakiman)," terang Matobato.
Matobato tampil dalam sidang Senat yang bertujuan menyelidiki praktik pembunuhan di luar hukum dalam kebijakan antikejahatan yang digaungkan Duterte. Kepolisian Filipina mengakui, sedikitnya 3.140 orang tewas selama 72 hari Duterte menjabat.
Kepala Komisi HAM pada Senat Filipina, Leila de Lima, menuturkan bahwa Matobato telah menyerahkan diri pada tahun 2009 dan masuk program perlindungan saksi.
Duterte menjabat Presiden Filipina sejak 2 bulan lalu dan saat memenangi pemilu pada Mei, dia bersumpah akan membunuh ribuan pelaku kriminal. Matobato menyatakan, tim pembunuh bayaran menerima perintah langsung dari Duterte atau dari pejabat kepolisian Duterte yang masih aktif, yang ditugaskan di kantor Wali Kota Davao saat itu.
(nvc/nwk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini