"Prihatin, tapi tidak khawatir," tutur juru bicara kepresidenan Filipina, Ernesto Abella, soal reaksi Duterte terhadap rencana pembunuhan dirinya yang berhasil digagalkan polisi Filipina, baru-baru ini.
"Beliau (Duterte) makan ancaman (mati) seperti sarapan. Artinya, itu bukan hal yang baru baginya," imbuh Abella seperti dilansir media lokal Filipina, Inquirer.net, Jumat (2/9/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kebijakan kontroversialnya yang menuai kritik, Duterte menyerukan pembunuhan terhadap para penjahat narkoba dan pelaku kriminal. Abella menambahkan, Duterte juga sudah berulang kali mengatakan dirinya selalu siap mati dalam kampanyenya melawan narkoba.
"Itu sungguh posisi yang sangat heroik ... karena beliau sungguh memahami adanya panggilan perang di luar sana -- perang terhadap narkoba, perang terhadap terorisme dan perang terhadap kriminal," terangnya.
Kepolisian Filipina menggagalkan rencana pembunuhan Duterte setelah menangkap dua penyelundup senjata. Sedikitnya 100 pucuk senapan jenis M16 disita polisi dari dua pelaku. Senapan-senapan itu dikirimkan dalam bentuk komponen yang belum dirakit.
Baca juga: Usai Dikritik Soal Perang Melawan Narkoba, Duterte Tolak Bertemu Sekjen PBB
Dua tersangka bernama Bryan Ta-ala dan Wilford Palma telah mengaku kepada penyidik, bahwa senjata api itu dipesan oleh seorang 'klien' yang mengklaim senapan otomatis itu akan digunakan untuk membunuh Duterte. Identitas 'klien' itu belum diungkap.
(nvc/ita)











































