Dalam video terbaru itu, seperti dilaporkan media online AS, The Daily Beast dan dilansir Reuters, Rabu (31/8/2016), Coleman menyatakan penculiknya mengancam untuk membunuh mereka, jika tahanan Taliban dieksekusi mati di penjara-penjara Afghanistan. Coleman meminta otoritas AS turun tangan.
"Kami diberitahu bahwa pemerintah Afghan telah mengeksekusi mati beberapa tahanan mereka...dan penculik kami khawatir soal eksekusi lebih lanjut. Karena kekhawatiran itu, mereka bersedia membunuh kami, bersedia membunuh wanita, dan membunuh anak-anak, membunuh siapa saja demi membuat kebijakan itu dicabut atau demi membalas dendam," ucap Coleman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak diketahui pasti kapan video itu direkam. Namun video itu muncul di tengah rumor soal rencana pemerintah Afghanistan untuk mengeksekusi mati Anas Haqqani, yang merupakan anak laki-laki pendiri jaringan Haqqani. Anas ditahan di Afghanistan sejak tahun 2014.
Sedangkan Coleman dan Boyle menghilang beberapa hari usai tiba di Afghanistan, untuk liburan ala backpacker dekat perbatasan Pakistan tahun 2012. Saat itu, Coleman sedang mengandung. Pihak keluarga, seperti dilansir ABC News, menyebut Coleman melahirkan 2 anak laki-laki dalam penyanderaan.
Menanggapi hal ini, Departemen Luar Negeri AS menyatakan pihaknya masih memeriksa kevalidan video yang dirilis Taliban itu. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, John Kirby, mengaku khawatir dengan keselamatan pasangan itu dan keluarganya.
"Kami terus mendorong pembebasan mereka dengan segera untuk alasan kemanusiaan. AS secara rutin berkomunikasi dengan pemerintah kedua negara, baik Afghanistan maupun Pakistan, di level tertinggi untuk menunjukkan komitmen kami melihat warga kami kembali dengan selamat kepada keluarga mereka," sebutnya.
(nvc/ita)











































