Media sudah terlanjur menyematkan stigma 'teroris' kepada Jack Thomas. Keluarga Maryati pun harus berjuang untuk membuktikan bahwa mereka bukanlah teroris.
"Masalahnya kami adalah muslim dan kala itu ada tendensi tertentu. Ada anggapan bila kamu muslim dan kamu berada di Afghanistan, maka bisa dipastikan kamu adalah teroris. Itu sama sekali tidak benar," kata Maryati saat berbagi kisah dengan detikcom yang difasilitasi Australia Plus ABC International.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beruntung, Maryati tinggal di lingkungan dengan para tetangga yang sangat terbuka pemikirannya. Dia tidak pernah mendapatkan serangan baik secara verbal maupun fisik setelah pulang dari Afghanistan.
![]() |
"Beruntung anak-anakku tidak terpengaruh. Yang ada hanya sebuah stigma, bahwa kami muslim dan kami berada di Afghanistan saat itu, kami dicap sebagai teroris. Kami memperjuangkan ke pengadilan sampai Supreme Court di Canberra," ungkap perempuan asal Makassar yang sudah menjadi warga negara Australia ini.
Ketidaknyamanan yang harus dirasakan Maryati adalah terus dikejar-kejar wartawan. Hidupnya seolah terus dimonitor ke mana pun dia pergi. Meski demikian, Maryati tidak pernah berniat pindah rumah.
"Hidupku saat itu seperti terus dimonitor sepanjang waktu. Media mengejar-ngejar untuk wawancara. Itu terjadi selama beberapa tahun," ujar Maryati.
"Namun di masyarakat, aku tidak merasakan perubahan besar. Aku tidak pernah merasakan serangan, tidak di-bully, tidak dikucilkan. Bahkan aku tidak pernah pindah rumah. Kami merasa baik-baik saja," tegasnya.
Yang terpenting bagi Maryati adalah anak-anaknya. Selama ketiga anaknya tidak merasa terganggu, Maryati tidak akan merasa khawatir.
Pasca kejadian itu, anak-anak Maryati tetap bisa bersekolah seperti biasa. Mereka juga tetap bisa bermain dan tidak pernah mendapatkan cibiran dari teman-temannya di sekolah. Maryati bekerja lepas apa saja, asal halal, kadang juga menjadi tukang kebun.
Justru yang harus dihadapi Maryati adalah suaminya yang memilih untuk banyak berada di rumah. Wajah Thomas sudah terlanjur terpampang di berbagai media dan ramai diperbincangkan sebagai seorang teroris. Sehingga, setelah kembali ke Australia, Thomas memilih untuk lebih banyak berada di dalam rumah.
"Suamiku akhirnya setelah pulang banyak berada di dalam rumah, karena kau tahu saat hal itu mencuat, wajahnya terekspose di semua media. Tapi ketika ada tetangga yang meminta kami untuk menceritakan kejadian itu, kami pasti ceritakan. Banyak orang yang pikirannya terbuka," urainya.
![]() |
Maryati menceritakan, pemerintah Australia pun tidak memberikan 'perhatian' khusus kepadanya. Dia tetap bisa mendapat pekerjaan dan menerima hak sebagai warga negara. Tidak ada perbedaan sama sekali dengan orang lain.
Kini, Maryati dan keluarganya telah menjalani hidup normal seperti masyarakat lain. Dia sangat bersyukur, lingkungan di sekitarnya mau memahami bahwa suaminya bukan seorang teroris dan mereka tetap bisa berbaur dengan masyarakat.
"Saya tetap bisa menyetir, anak-anak tetap pergi ke sekolah seperti biasa. Saya tetap bekerja. Kami tidak merasa ada perubahan besar. Saya juga tidak memiliki masalah saat mencari pekerjaan," pungkas Maryati disusul senyum. (Hbb/nwk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini