Departemen Luar Negeri AS telah memanggil diplomat Filipina untuk menjelaskan mengapa Duterte menyerang Goldberg dalam pidatonya di depan para tentara di kamp militer di Jolo, Filipina selatan, pekan lalu. Pada Jumat, 12 Agustus, Kedutaan AS di Manila, Filipina kembali menyampaikan bahwa pernyataan Duterte tersebut "tidak pantas dan tak bisa diterima".
Namun Duterte tak peduli. "Saya tak akan minta maaf untuk apapun. Dia sendiri tidak minta maaf kepada saya ketika kami bertemu. Kenapa saya harus minta maaf padanya?" cetus figur kontroversial itu seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (13/8/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Siapa yang tidak akan marah pada dia? Saat itu waktu pemilihan dan dia mengatakan hal seperti itu?" kata Duterte mengenai kritikan Goldberg pada dirinya.
Sementara itu, Kedutaan AS di Manila mengingatkan Filipina untuk menghormati HAM karena hal itu terkait dengan bantuan yang diberikan AS untuk negara Asia Tenggara tersebut. Hal itu disampaikan setelah kepolisian Filipina mengkonfirmasi, mereka telah membunuh 550 orang tersangka kasus narkoba sejak terpilihnya Duterte sebagai presiden.
Duterte memang telah terang-terangan mengeluarkan perintah "tembak mati" bagi aparat kepolisian dalam menghadapi para tersangka narkoba. Sikap kerasnya tersebut telah menuai kecaman berbagai pihak termasuk komunitas internasional. (ita/ita)