Ilmuwan Temukan Cara Basmi Nyamuk Dengan Perangkap Bau Badan

Laporan dari Den Haag

Ilmuwan Temukan Cara Basmi Nyamuk Dengan Perangkap Bau Badan

Eddi Santosa - detikNews
Jumat, 12 Agu 2016 11:15 WIB
Ilmuwan Temukan Cara Basmi Nyamuk Dengan Perangkap Bau Badan
Foto: Nyamuk Anopheles (Sumber: Universitas Wageningen wageningenur.nl)
Den Haag - Sejumlah peneliti dipimpin Prof. Willem Takken dari Universitas Wageningen, Belanda, berhasil menemukan cara membasmi nyamuk dengan alat perangkap bau badan manusia.

Alat perangkap tanpa racun insektisida tersebut terbukti dapat efektif membasmi 70% populasi nyamuk Anopheles (nyamuk malaria, red) di Pulau Rusinga berpenduduk 24.879 jiwa, di wilayah bagian barat Kenya, Afrika.

Setelah selama 1,5 tahun penerapan alat perangkap nyamuk ini jumlah warga di pulau tersebut yang terinfeksi malaria juga berkurang sebesar 30%, demikian publikasi di situsweb Universitas Wageningen, dipantau detikcom Den Haag, Jumat (12/8/2016).
Penelitian yang keseluruhannya memakan waktu 3 tahun melibatkan para ilmuwan dari Universitas Wageningen Belanda, ICIPE Kenya dan Tropical and Public Health Institute, Swiss, atau beken dengan nama singkat TPH Swiss.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain terbukti efektif untuk membasmi malaria, alat perangkap nyamuk berbau badan manusia ini juga membuka kemungkinan solusi untuk menanggulangi Demam Berdarah dan Zika yang ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti.

Temuan ini disebut sebagai suatu terobosan dalam upaya membasmi penyakit malaria dan penyakit lainnya yang ditularkan melalui nyamuk. Hasil penelitian ini juga dipublikasikan di jurnal ilmiah kedokteran The Lancet, Rabu (10/8/2016).

Hingga saat ini malaria masih menjadi salah satu penyebab penting kematian dan masalah ekonomi. Setiap menit satu anak meninggal dunia karena malaria. Afrika per tahunnya saja kehilangan USD 12 miliar untuk biaya kesehatan dan produktivitas yang hilang karena penyakit ini.

"Dampak penyakit malaria terhadap produksi pertanian selama ini dipandang remeh. Penyakit ini menyebabkan pelemahan, sehingga mengurangi kemungkinan berkontribusi pada produksi pangan," ujar Prof. Willem Takken.

Dikatakan, karena anak-anak yang terkena malaria harus ke rumah sakit, maka para orangtua tidak bisa menggarap sawah ladangnya, produksi pangan pun berkurang.

"Apabila para orangtua itu juga terkena malaria 4 sampai 5 kali setahun, maka mereka sendiri juga sekitar 6 bulan tidak bisa bekerja. Mereka harus membayar tenaga penggarap atau panen akan gagal," jelas Prof. Takken.

Organisasi kesehatan dunia WHO mencanangkan pada tahun 2030 malaria sudah harus dimusnahkan dari muka bumi, dengan mengembangkan vaksin dan memberantas penyebar parasitnya: yakni nyamuk.

Dengan alat perangkap berbau badan manusia, dinamai Suna Val, sebuah solusi yang efektif dan aman untuk menumpas nyamuk telah ditemukan. (es/slh)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads