Antusiasnya Mahasiswa Australia Belajar Bahasa dan Hantu Indonesia

Jelajah Australia 2016

Antusiasnya Mahasiswa Australia Belajar Bahasa dan Hantu Indonesia

Ikhwanul Khabibi - detikNews
Selasa, 02 Agu 2016 14:10 WIB
Foto: Suasana belajar bahasa dan kajian Indonesia di Monash University, Melbourne, Victoria, Australia (Foto: Ikhwanul Khabibi/detikcom)
Melbourne - Jumlah mahasiswa Australia yang belajar Bahasa Indonesia disebut mengalami penurunan. Namun demikian, para mahasiswa tetap sangat antusias mempelajari bahasa dan kajian Indonesia yang masih dibuka di beberapa universitas ternama di negeri kanguru tersebut.

Salah satu universitas ternama yang membuka program Indonesian Studies adalah Monash University di Melbourne. Pada tahun ini, Monash memiliki total 84 mahasiswa yang mengambil program Indonesian Studies. Rata-rata dalam setiap angkatan ada 20 mahasiswa.

Suasana belajar bahasa dan kajian Indonesia di Monash University, Melbourne, Victoria, Australia (Foto: Ikhwanul Khabibi/detikcom)


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

detikcom dan 2 media lain yang difasilitasi Australia Plus ABC International berkesempatan melihat proses perkuliahan di program kajian Indonesia di Monash University pada Juni 2016 lalu. Kami mengikuti kegiatan dosen program kajian Indonesia, Yacinta Kurniasih, yang kala itu akan mengajar mahasiswa tingkat 5 yang berjumlah 17 orang.



Kebetulan saat itu materi yang sedang dipelajari adalah tentang hantu-hantu di Indonesia. Yacinta menggunakan naskah teater 'Dhemit' yang pernah dipentaskan Teater Gandrik sebagai bahan kajian mahasiswanya.

"Karena kami belajar tentang kajian Indonesia, sehingga yang kami pelajari bukan hanya bahasa. Namun berbagai hal dan bahasa sebagai alat komunikasinya," kata Yacinta.

Dosen yang mengajar kajian dan Indonesia di Monash University, Yacinta Kurniasih (Foto:Ikhwanul Khabibi/detikcom)


Saat perkuliahan dimulai, Yacinta menampilkan berbagai wujud hantu yang dikenal orang Indonesia, mulai dari genderuwo, kuntilanak, pocong dan lainnya. Mahasiswa yang belum pernah melihat wujud hantu-hantu yang dikenal orang Indonesia itupun sangat antusias.

Di pekan sebelumnya, para mahasiswa sudah membaca sebagian naskah teater 'Dhemit', sehingga para mahasiswa yang semuanya berkewarganeraan Australia itu sudah melakukan riset. Yacinta kemudian meminta mahasiswanya untuk memilih salah satu hantu favorit dan menjelaskannya.

Suasana belajar bahasa dan kajian Indonesia di Monash University, Melbourne, Victoria, Australia (Foto: Ikhwanul Khabibi/detikcom)


"Saya memilih genderuwo sebagai sosok yang pemarah dan temperamental," kata salah seorang mahasiswa.

Ada juga mahasiswa yang memilih kuntilanak dan pocong. Mereka menganggapnya sesuatu yang lucu dan memberikan deskripsi yang unik soal sosok-sosok hantu itu.



"Hantu seperti genderuwo dan kuntilanak tidak ada dalam bahasa Inggris, sehingga sangat menarik untuk mempelajarinya," ujar Gerrad, salah satu mahasiswa program kajian Indonesia.

Para mahasiswa kemudian saling berdiskusi tentang sosok-sosok hantu tesebut. Diskusi dilakukan dalam bahasa Indonesia dan mereka sudah sangat lancar berbicara bahasa Indonesia.

Naskah Teater Gandrik menjadi materi perbincangan para mahasiswa. Mereka saling bertukar pikiran dan berbincang dengan santai, sungguh suasana belajar yang sangat menyenangkan.



"Saya dulu memang punya dendam pribadi, karena saat sekolah dulu merasa pembelajarannya tidak menarik. Jadi saya sudah bertekad kalau menjadi guru akan membuat suasana belajar semenarik mungkin," jelas Yacinta yang merupakan alumni Universitas Negeri Yogyakarta itu.

Setelah selesai membahas hantu, kemudian Yacinta mengenalkan beberapa makanan khas Indonesia seperti tahu dan tempe. Seluruh mahasiswa diminta untuk mencicipi makanan khas Indonesia itu dan kemudian diminta memberi penjelasan.

Yacinta mengenalkan aneka makanan Indonesia dalam kelasnya (Foto: Ikhwanul Khabibi/detikcom)


Yacinta mengungkapkan, mahasiswa level 5 yang diajar saat ini memang sudah sangat lancar berbahasa Indonesia. Materi pembelajaran lebih kepada diskusi dan analisis. Bahkan, dia juga mengharuskan para mahasiswa untuk membaca berita-berita dari media di Indonesia, sehingga para mahasiswanya akan melek isu soal Indonesia. Isu-isu aktual soal Indonesia itu yang kemudian akan dibawa ke dalam kelas untuk didiskusikan bersama.

Seorang mahasiwa mencicipi makanan Indonesia yang dibawa Yacinta (Foto: Ikhwanul Khabibi/detikcom)


"Setiap level akan berbeda-beda. Level satu paling dasar, memperkenalkan diri. Kemudian bahasa kita pakai, karena bahasa alat komunikasi. Mereka bisa membaca artikel-artikel dari berbagai media di Indonesia. Di kelas kita membahas tata bahasa juga, tata bahasa tapi diintegrasikan," ungkap Yacinta yang merupakan doktor bidang linguistik dari Monash University.

Baca terus fokus "
Jelajah Australia 2016" dan ikuti Hidden Quiz-nya!
(Hbb/nwk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads