"Setiap laporan yang menyebutkan saya ada kaitan dengan upaya kudeta yang gagal baru-baru ini di Turki, adalah disayangkan dan sepenuhnya tidak akurat," tegas Jenderal Joseph Votel, yang merupakan komandan pasukan AS di Timur Tengah, seperti dilansir kantor berita Reuters, Sabtu (30/7/2016).
Otoritas Turki telah melakukan operasi pembersihan militer dan institusi-institusi negara lainnya menyusul upaya kudeta pada 15 Juli tersebut. Operasi itu menargetkan para pendukung ulama ternama Turki, Fethullah Gulen yang bermukim di AS. Gulen dituding Ankara sebagai dalang percobaan kudeta yang menewaskan setidaknya 246 orang dan melukai lebih dari 2 ribu orang tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pernyataan Votel disampaikan setelah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengaitkan dirinya dengan upaya kudeta. Erdogan menuding Votel berpihak kepada para pelaku kudeta. Hal ini dikatakan Erdogan setelah Votel berkomentar, bahwa pergolakan di Turki bisa menurunkan kerja sama militer dengan AS.
"Anda berpihak kepada para pelaku kudeta, bukannya berterima kasih pada negara ini karena mengalahkan upaya kudeta," cetus Erdogan kesal dalam pidatonya di pusat militer di Golbasi, dekat Ankara.
Menurut media-media AS, Votel telah mengatakan bahwa upaya kudeta dan penangkapan para jenderal Turki bisa mempengaruhi kerja sama militer AS dengan Turki. Votel secara khusus menyebut tentang sejumlah pejabat militer Turki, yang selama ini melakukan kontak dengan AS sebagai bagian dari kerja sama militer kedua negara, telah dipenjara usai percobaan kudeta.
(ita/ita)











































