detikcom dan 2 media lain yang difasilitasi Australia Plus ABC International berkesempatan mendatangi salah satu upacara kematian warga Aborigin di Gove, sebuah kota di ujung utara benua Australia, 1 jam penerbangan dari Darwin. Saat itu, upacara kematian digelar untuk melepas kepergian salah satu tokoh terkenal warga Aborigin.
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Di bangunan terbuka tanpa dinding itu, ada satu panggung kecil dan satu mimbar berdiri di atasnya. Tidak ada peti mati yang diletakkan di depan. Di sekitar tempat upacara juga tidak ada karangan bunga bertulis ungkapan duka cita dan nama almarhum. Bahkan, tidak ada juga foto almarhum yang dipajang.
Ratusan orang kemudian berdatangan ke tempat upacara. Kursi yang disediakan penuh dengan para tamu. Tamu yang berdatangan kebanyakan dari warga suku Yolngu, meskipun ada juga beberapa warga kulit putih yang datang.
Sebagian warga asli Yolngu memilih untuk duduk di lantai. Ada juga yang memilih duduk bersila di bawah pohon, padahal saat itu cuaca sedang terik-teriknya.
![]() |
Ketika upacara dimulai, tampak seorang lelaki tua yang mengenakan atribut adat tradisional lengkap. Ternyata lelaki itu adalah orang tertua dari keluarga almarhum.
Satu per satu kolega naik ke panggung dan menyampaikan ungkapan duka cita di mimbar. Sementara pihak keluarga, bercerita tentang kehidupan almarhum.
![]() |
Di sela acara, ada beberapa penampilan dari para perempuan Yolngu, namun karena sudah terpengaruh ajaran Kristen, maka lagu-lagu yang didendangkan juga banyak yang merupakan lagu gospel. Selain menyanyikan lagu, ada juga para perempuan yang menari.
"Kami masih menjalankan upacara seperti yang selama ini dilakukan oleh keluarga kami. Semoga dia bisa tenang di tempat barunya. Di upacara ini kami harus menceritakan bagaimana kebaikannya di depan banyak orang, kami menyanyikan beberapa lagu untuk dia. Kami juga melakukan beberapa tarian," kata Budat Manunggur, cucu almarhum.
![]() |
Budat menjelaskan, dalam upacara kematian Suku Yolngu, tidak diperbolehkan menyebutkan nama almarhum. Foto-foto almarhum juga tidak diperbolehkan dipajang selama upacara.
"Memang di Yolngu berlaku peraturan bahwa orang yang meninggal nama depannya tidak boleh dipakai lagi. Nama depan itu juga tidak boleh dipakai orang lain, bila ada yang memakai maka harus diganti. Sebagai tanda penghormatan," jelasnya.
Jenazah almarhum memang tidak dihadirkan dalam upacara itu. Hal unik lain adalah, upacara kematian baru dilaksanakan satu bulan setelah almarhum meninggal. Upacara kematian suku Yolngu berlangsung cukup lama. Biasanya, upacara berjalan dari pagi hari hingga sore.
![]() |
Khusus untuk pihak keluarga, akan ada lagi upacara khusus saat proses pemakaman jenazah. Namun upacara pemakaman berjalan tertutup karena penuh dengan suasana duka yang mendalam.
Baca terus fokus "Jelajah Australia 2016" dan ikuti Hidden Quiz-nya!
(nwk/nrl)