Pekan lalu, otoritas ketiga negara yang berkepentingan dalam tragedi ini, Malaysia, China dan Australia mengumumkan akan menghentikan sementara pencarian di Samudera Hindia, jika tetap tidak ada petunjuk kredibel soal keberadaan MH370.
Baca juga: Pencarian Dihentikan Sementara, Harapan Menemukan MH370 Makin Pupus
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami menentang keputusan mereka. Kami tidak mengakui keputusan itu sama sekali. Keputusan itu tidak memiliki alasan yang mendasarinya," tegas salah satu anggota keluarga korban, Boa Lanfang (65). Anak laki-laki, menantu dan cucu Boa ada di dalam pesawat nahas itu.
Keluarga korban MH370 di China minta pencarian dilanjutkan (REUTERS/Thomas Peter) |
Beberapa keluarga korban lainnya membawa poster bertuliskan: "Pemerintah tiga negara memiliki kewajiban pada dunia untuk memenuhi janji mereka."
MH370 yang membawa 239 penumpang dan awak menghilang pada Maret 2014 lalu, sesaat usai lepas landas dari Kuala Lumpur menuju Beijing, China. Sebagian besar penumpang MH370 merupakan warga negara China.
Baca juga: Australia Menduga Kuat Puing Sayap di Tanzania Bagian MH370
Dari awal, kebanyakan keluarga korban dari China terus menekan dan meminta jawaban dari otoritas terkait soal MH370. Belum ada tanggapan dari otoritas China soal permohonan keluarga korban ini.
Pencairan pesawat jenis Boeing 777 itu telah berlangsung lebih dari 2 tahun dengan difokuskan pada perairan terpencil di Samudera Hindia bagian selatan.
Nyaris 180 juta dolar Australia (Rp 1,7 triliun) dihabiskan untuk mencari MH370 melalui pencarian bawah laut di perairan seluas 120 ribu kilometer persegi yang menjadi fokus pencarian. Namun hingga kini belum ada tanda-tanda keberadaan puing utama MH370 yang ditemukan.
(nvc/nwk)












































Keluarga korban MH370 di China minta pencarian dilanjutkan (REUTERS/Thomas Peter)