Nyaris 150 tahun hidup berdampingan dan saling menguntungkan, membuat kehadiran pelaut Makassar begitu membekas di hati warga Aborigin dari Suku Yolngu. Beberapa pengaruh yang ditinggalkan pelaut Makassar dari Suku Makassar itu pun masih meninggalkan jejak hingga saat ini.
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Selain itu, pelaut Makassar-lah yang mengenalkan sistem perdagangan dan cara mengolah hasil alam berupa teripang.
![]() |
"Benar pelaut Indonesia yang mengenalkan logam dan senjata tajam ke Yolngu, karena sebelumnya mereka tidak mengenal logam, hanya batu saja. Mereka berdagang dengan suku asli yang lain, sampai penduduk dari pedalaman mulai mengunjungi pantai lebih sering," kata Coordinator Indonesian Studies, Faculty of Arts, Monash University, Dr Paul Thomas saat ditemui detikcom dan 2 media lain yang difasilitasi Australia Plus ABC International di kampusnya di Melbourne pada Juni 2016.
Selain soal senjata dan mengenalkan logam, pelaut Makassar juga mengenalkan teknologi baru bagi warga Aborigin. Pelaut Makassar saat itu mengajarkan warga Aborigin untuk membuat perahu kano yang kemudian disebut dengan nama Lipa-lipa. Lipa-lipa inilah yang digunakan untuk mencari ikan dan teripang di perairan dangkal.
![]() |
"Sampan juga dikenalkan, dinamakan Lipa-lipa, mereka belajar dari orang Indonesia. Pengaruh Indonesia cukup kuat, karena sulit mempelajari teknologi baru bagi para penduduk lokal, perlu waktu panjang lebih dari beberapa kunjungan," jelas Paul.
Pelaut Makassar juga mengenalkan penggunaan bendera bagi para warga Aborigin. Dulu, para pelaut menggunakan bendera untuk membedakan daerah tempat tinggal suku Yolngu. Setiap klan ditandai dengan bendera yang berbeda.
![]() |
Penggunaan bendera itu pun akhirnya masuk ke adat istiadat orang Yolngu. Dalam setiap upacara, warga Yolngu menggunakan bendera. Selain itu bendera juga digunakan sebagai penanda wilayah kekuasaan.
Dari sisi bahasa, pelaut Makassar cukup mempengaruhi pola bahasa warga Yolngu. Hingga hari ini, terdata lebih dari 300 kata dalam bahasa Melayu yang masih dipakai suku Yolngu. Temuan sementara, bahasa menjadi hal yang paling mempengaruhi Suku Yolngu karena bahasa tersebut digunakan sebagai bahasa pengantar dalam perdagangan.
"Pelaut Indonesia memberikan pengaruh secara agama juga, ada pernikahan campur. Semuanya mereka (lelaki suku Yolngu) disunat, terpengaruh budaya Islam. Ada garis di Benua Australia, di garis utara, semua (warga Aborigin) disunat dan di selatan tidak disunat," ungkap Paul.
Namun, pelaut Makassar juga membawa pengaruh negatif bagi warga Aborigin. Dahulu, selain mengenalkan logam dan beras, pelaut Makassar juga mengenalkan tembakau. Tembakau ini yang kemudian sangat digemari Suku Yolngu.
Hingga hari ini, Suku Yolngu baik pria maupun wanita sangat ketergantungan dengan rokok. Imbasnya, angka penyakit yang diakibatkan rokok begitu tinggi.
Baca terus fokus "Jelajah Australia 2016" dan ikuti Hidden Quiz-nya!
(nwk/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini