Dalam catatan sejarah warga Aborigin yang juga diarsipkan di South Australian Parliamentary Papers yang kemudian dikutip Richard Trudgen, seorang relawan pendiri Why Warriors, LSM yang fokus bergerak untuk meningkatkan taraf hidup Aborigin, pelaut dan saudagar asal Makassar terakhir datang ke Australia pada 1907. Para pelaut tangguh itu tidak lagi datang ke Australia karena adanya peraturan baru terkait perdagangan teripang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Macassan Beach yang disebut sebagai titik pertama kapal pinisi yang membawa pelaut dan saudagar Makassar bersandar (Foto: Ikhwanul Khabibi/detikcom) |
"Saat musim hujan tiba, Yolngu terus menunggu di pinggir pantai namun Macassan tak kunjung datang. Salah seorang kapten kapal Macassan pada pelayaran terakhir sempat berujar ke Yolngu bahwa mungkin mereka tak akan pernah kembali lagi," kata Richard Trudgen saat diwawancarai detikcom dan 2 media lain yang difasilitasi Australia Plus ABC International di rumahnya di Gove, Northern Territory, Australia pada Mei 2016.
Seiring berjalannya waktu, masyarakat Yolngu tahu penyebab Macassan tidak lagi datang ke tempat mereka, yakni karena keputusan pemerintah Australia. Pelaut Makassar berhenti datang ke Australia sekitar tahun 1906-1907.
Untuk diketahui, 6 negara otonom koloni Inggris (Queensland, New South Wales, Victoria, Tasmania, South Australia, dan Western Australia) bersepakat bersatu membentuk satu negara Australia dan mendeklarasikan diri menjadi negara persemakmuran Inggris pada 1 Januari 1901.
Pemerintah Australia yang sudah terbentuk saat itu diistilahkan warga Aborigin dengan kata 'Balanda', serapan dari kata Belanda yang sering disebut pelaut Makassar di mana Indonesia saat itu masih dijajah Belanda. Warga Aborigin menyebut 'Balanda' untuk menyebut warga kulit putih. Pemerintah Australia menerapkan sistem pajak yang tinggi hingga membuat saudagar Makassar enggan kembali.
Richard Trudgen, pendiri LSM Why Warriors yang memberdayakan warga Aborigin Suku Yolngu (Foto: Ikhwanul Khabibi/detikcom) |
"Beberapa Yolngu mengisahkan bagaimana kakek buyut mereka menangis saat tahu Macassan tak akan pernah kembali. Bahkan mereka mempertanyakan apa kewenangan Balanda yang merusak legal agreement antara klan Yolngu dan Macassan," jelas Richard.
Bahkan kala itu, menurut Richard, beberapa warga Suku Yolngu ada yang berlayar ke Makassar untuk mengajak para pelaut dan saudagar kembali berdagang teripang di Australia. Namun, para Yolngu yang pergi ke Makassar tak pernah kembali ke rumah.
Teripang yang dikumpulkan pelaut Makassar di pantai Australia bagian utara (Dokumentasi detikcom/Nograhany WK) |
Warga Yolngu semakin gelisah dengan kelanjutan perdagangan mereka yang sudah lama berjalan. Pasalnya, sepeninggal Macassan, tidak ada lagi saudagar lain yang datang ke Northern Territory untuk membeli teripang yang dihasilkan di wilayah mereka.
Hidup Suku Yolngu menjadi begitu sulit di Arnhem Land (wilayah Gove saat ini) pasca perdagangan dengan saudagar Makassar terhenti. Mereka harus memutar otak untuk bisa bertahan hidup. Teripang tidak lagi bisa diharapkan.
Beberapa dari Suku Yolngu lalu mencoba melukis dan membuat karya seni dari kayu untuk dijual. Tapi kala itu hal tersebut tak cukup menolong. Kehidupan mereka semakin sulit.
Lukisan Aborigin tentang pelaut Makassar di atas kulit kayu, koleksi bukti sejarah tentang hubungan Makassar dan Aborigin di Museum dan Galeri Seni Northern Territory (Dokumentasi detikcom/Nograhany WK) |
Perdagangan internasional yang dijalani Suku Yolngu telah berakhir. Masa kejayaan ekonomi yang bersumber dari teripang juga tinggal kenangan.
Namun akhir-akhir ini, anggota komunitas Aborigin suku Warruwi di Kepulauan Goulburn, Kawasan Australia Utara kembali memanen dan berdagang komoditi teripang.
Baca terus fokus "Jelajah Australia 2016" dan ikuti Hidden Quiz-nya!
(nwk/nrl)












































Macassan Beach yang disebut sebagai titik pertama kapal pinisi yang membawa pelaut dan saudagar Makassar bersandar (Foto: Ikhwanul Khabibi/detikcom)
Richard Trudgen, pendiri LSM Why Warriors yang memberdayakan warga Aborigin Suku Yolngu (Foto: Ikhwanul Khabibi/detikcom)
Teripang yang dikumpulkan pelaut Makassar di pantai Australia bagian utara (Dokumentasi detikcom/Nograhany WK)
Lukisan Aborigin tentang pelaut Makassar di atas kulit kayu, koleksi bukti sejarah tentang hubungan Makassar dan Aborigin di Museum dan Galeri Seni Northern Territory (Dokumentasi detikcom/Nograhany WK)