Pemerintah Turki telah menetapkan keadaan darurat selama tiga bulan, yang meningkatkan kekuasaan negara untuk terus melakukan penangkapan terkait para tersangka pendukung upaya kudeta.
"Kami mengikuti dengan seksama dan dengan prihatin, perkembangan-perkembangan menyangkut keadaan darurat Turki yang telah diumumkan Turki usai percobaan kudeta, yang dikecam Uni Eropa," demikian pernyataan bersama yang dikeluarkan kepala urusan luar negeri Uni Eropa, Federica Mogherini dan komisioner perluasan Uni Eropa, Johannes Hahn.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menegaskan, status keadaan darurat akan memungkinkan otoritas Turki membersihkan para "teroris" yang terkait ulama ternama Fethullah Gulen. Erdogan menuding ulama yang bermukim di Amerika Serikat itu sebagai otak percobaan kudeta pekan lalu.
Sejauh ini, lebih dari 60 ribu orang pendukung Gulen telah menjadi target operasi pembersihan yang dilakukan otoritas Turki usai upaya kudeta pada 15 Juli lalu. Mereka terdiri dari para tentara, polisi, guru, pegawai negeri dan lainnya. Banyak dari mereka yang ditangkap, diskorsing atau bahkan dipecat karena diduga mendukung upaya kudeta.
(ita/ita)











































