Seperti dilansir Reuters dan AFP, Senin (18/7/2016), delapan tentara ini terbang ke Yunani karena khawatir dengan keselamatan mereka di Turki. Para tentara Turki itu menegaskan, mereka tidak terlibat langsung dalam percobaan kudeta untuk menggulingkan Presiden Recep Tayyip Erdogan pada Jumat (15/7).
Dengan helikopter militer, delapan tentara Turki itu tiba di Yunani pada Sabtu (16/7) setelah mengirimkan sinyal darurat kepada otoritas setempat agar diizinkan mendarat di kota Alexandroupolis, Yunani bagian utara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Disampaikan pengacara yang mewakili empat tentara di antaranya, Vasiliki Marinaki, kepada televisi lokal Yunani, Skai TV, tentara Turki itu hanya mematuhi perintah atasannya untuk membawa korban luka dari jalanan Istanbul, via helikopter ke sejumlah ambulans di sejumlah lokasi.
"Itu yang mereka lakukan ketika mereka diserang polisi. Mereka tidak tahu jika ada kudeta dan mereka tidak terlibat di dalamnya," tegas Marinaki membela klien-kliennya.
Tentara-tentara Turki itu kini dalam penahanan otoritas Yunani dan belum berkomunikasi dengan keluarga masing-masing. Disebutkan Marinaki bahwa empat kliennya semuanya berusia 40-an tahun dan sudah menikah, sehingga juga mengkhawatirkan keselamatan keluarga mereka di Turki.
Baca juga: Situasi Turki Masih Tegang, Korban Jiwa Kudeta Bertambah Jadi 290 Orang
Tentara-tentara yang memberontak menggunakan tank, helikopter, dan jet tempur untuk menggulingkan Presiden Erdogan pada Jumat (15/7) malam lalu. Mereka menduduki gedung parlemen dan markas intelijen di Ankara, sembari menduduki jembatan dan area sekitar bandara Istanbul.
Otoritas Turki menginginkan tentara-tentara yang disebutnya sebagai 'pengkhianat' itu untuk diekstradisi segera. Dalam percakapan telepon pada Sabtu (16/7), Perdana Menteri Yunani, Alexis Tsipras, menyatakan bahwa permintaan rezim Presiden Erdogan akan diproses segera, namun tetap dengan menghormati hukum internasional dan perjanjian HAM.
(nvc/ita)