Erdogan Akan Pertimbangkan Hukuman Mati, Austria: Itu Tak Bisa Diterima

Erdogan Akan Pertimbangkan Hukuman Mati, Austria: Itu Tak Bisa Diterima

Rita Uli Hutapea - detikNews
Senin, 18 Jul 2016 15:47 WIB
Foto: Reuters
Ankara, - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan akan mempertimbangkan untuk menerapkan kembali hukuman mati sebagai respons atas upaya kudeta di negeri itu. Hal ini langsung ditentang pemerintah salah satu negara Uni Eropa, Austria.

"Penerapan hukuman mati tentunya benar-benar tak bisa diterima," ujar Menteri Luar Negeri (Menlu) Austria Sebastian Kurz dalam wawancara dengan surat kabar Austria, Kurier seperti dilansir kantor berita Reuters, Senin (18/7/2016).

Seperti diketahui, Turki berambisi untuk menjadi anggota Uni Eropa. Namun penerapan kembali hukuman mati akan membekukan pembicaraan mengenai keanggotaan Turki.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para Menlu Uni Eropa pada Senin (18/6) waktu setempat akan mendesak Erdogan untuk menghormati hukum dan hak-hak manusia dalam menangani para pelaku kudeta.

"Jangan sampai ada pembersihan sewenang-wenang, sanksi kriminal di luar kerangka aturan hukum dan sistem peradilan," tutur Kurz.

"Austria akan mendesak di pertemuan para menlu untuk menetapkan batasan-batasan yang sangat jelas bagi Erdogan," imbuhnya.

Menyusul kudeta yang gagal pada Jumat, 15 Juli malam lalu, ribuan pendukung Erdogan telah menyerukan diberlakukannya kembali hukuman mati. Turki menghapuskan hukuman mati pada tahun 2004 dalam reformasi yang dimaksudkan untuk mendapatkan keanggotaan Uni Eropa.

Penerapan kembali hukuman mati, tentunya akan menimbulkan masalah lebih lanjut antara Uni Eropa dan Turki. Apalagi saat ini, pembicaraan dengan Uni Eropa mengenai keanggotaan Turki tengah mengalami kemandekan.

Erdogan menuding bekas sekutunya yang kini tinggal di Amerika Serikat, ulama terkenal Fethullah Gulen, sebagai dalang di balik kudeta tersebut. Gulen dituding menyusun 'struktur paralel' dalam tubuh pengadilan, kepolisian, militer dan media demi melancarkan kudeta tersebut pada Jumat (15/7) malam.

Dalam pernyataannya, Erdogan menyebut 'kelompok teror' yang dipimpin Gulen telah merusak tubuh militer Turki. Sebagian besar personel militer Turki dari berbagai pangkat yang terindikasi mendukung kudeta itu telah ditangkap. Gulen sendiri telah menyangkal tuduhan itu dan balik menuding Erdogan mendalangi upaya kudeta untuk memperluas kekuasaannya. (ita/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads