Dilansir AFP, Sabtu (9/7/2016) dua orang warga sipil juga terluka para tragedi Kamis (7/7) malam, yang disebut paling mematikan bagi penegak hukum di AS sejak 11 September 2011.
Inilah fakta-fakta yang diketahui sejauh ini:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ratusan demonstran berkumpul hari Kamis (7/7) di Dallas, dan di beberapa kota AS lainnya, untuk memprotes penembakan polisi yang menewaskan dua orang kulit hitam minggu ini di Louisiana dan Minnesota.
Penembakan kontroversial itu menghidupkan kembali perdebatan emosional di Amerika Serikat atas penggunaan kekuatan yang mematikan oleh polisi. Selain itu juga masalah bias rasial soal dugaan polisi menargetkan kaum minoritas, terutama Afrika-Amerika.
Pada kira-kira pukul 21:00 malam, di akhir acara demonstrasi itu, suara tembakan terdengar.
![]() |
Setidaknya satu penembak membidik polisi. Polisi awalnya mengatakan tampaknya ada dua penembak yang terlibat, tetapi pada hari Jumat (8/7), jumlah itu disebut belum jelas.
Berapa korban tewas?
Dalam peristiwa ini, ada 5 orang polisi yang tewas. Sementara itu ada 7 orang polisi lainnya terluka dan juga 2 orang warga sipil.
Polisi sempat memojokkan tersangka penembakan dan mencoba untuk bernegosiasi dengan dia. Namun upaya tersebut buntu setelah beberapa jam.
Tembak-menembak antara tersangka dan polisi terjadi, dan tersangka akhirnya meninggal dalam ledakan yang disebabkan oleh robot yang dikendalikan petugas yang membawa bahan peledak.
"Dia mengancam akan meledakkan bom lainnya, dan kami merasa itu (menggunakan robot) adalah cara paling aman untuk masuk (melumpuhkan tersangka)," kata Wali Kota Dallas Mike Rawlings.
Dimana peristiwa ini terjadi?
Dallas adalah salah satu kota terbesar di negara bagian Texas, Amerika Serikat, dengan populasi sekitar 1,2 juta orang.
Penembakan itu terjadi tidak jauh dari Dealey Plaza, tempat di mana Presiden John F. Kennedy dibunuh pada tahun 1963.
Siapa di balik serangan ini?
Media AS telah mengidentifikasi tersangka sebagai Mikha Xavier Johnson (25). pria kulit hitam, warga pinggiran Dallas dari Mesquite. Johnson disebut tidak memiliki catatan kriminal sebelumnya.
Angkatan Darat AS Militer AS menyebut, Johnson bertugas di Angkatan Darat Cadangan AS selama 6 tahun hingga April 2015. Dia pernah ditugaskan ke Afghanistan dari November 2013 hingga Juli 2014.
![]() |
Polisi sejauh ini hanya membuka sedikit informasi tentang Johnson terkait kebutuhan penyelidikan mereka.
Mengapa penyerangan ini bisa terjadi?
Kepala Polisi Dallas David Brown mengatakan, dalam upaya negosiasi dengan polisi yang akhirnya mengalami kebuntuan, Johnson marah dengan kasus tewasnya 2 orang warga kulit hitam oleh polisi.
Diketahui protes terhadap polisi AS mengemuka sehari hari setelah kematian dua warga kulit hitam, Philando Castile di Minnesota dan Alton Sterling di Louisiana.
Pada Rabu (06/07), Philando Castile, tampak ditembak polisi dan kemudian darah keluar dari tubuhnya. Kekasih Castile merekam kejadian ketika polisi tetap mengarahkan senjata dan menyiarkannya langsung di internet. Di dalam mobil juga terdapat seorang anak yang menyaksikan peristiwa itu.
Sedangkan sehari sebelumnya, Alton Sterling, ditembak mati oleh polisi di Baton Rouge, Negara Bagian Louisiana.
"Tersangka mengatakan ia marah pada orang kulit putih. Tersangka menyatakan ia ingin membunuh orang kulit putih, polisi, terutama yang berkulit putih," kata Brown.
Polisi awalnya mengatakan tiga tersangka lainnya ditahan, tetapi polisi masih menolak untuk membuka informasi identitas ketiga orang ini. (hri/ndr)