Pada Senin, 27 Juni, pemerintah Israel dan Turki mengumumkan kesepakatan untuk memulihkan hubungan setelah enam tahun retak. Kedua negara bahkan akan memulai proses pertukaran duta besar (dubes) pekan ini.
Kepala oposisi utama Turki, Republican People's Party (CHP), Kemal Kılıcdaroglu mengecam keras kesepakatan normalisasi hubungan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kecaman senada dilontarkan kepala partai oposisi lainnya, Nationalist Movement Party (MHP) Devlet Bahceli. Menurutnya, kesepakatan tersebut sangat bertetangan dengan kritikan keras Erdogan terhadap agresi Israel selama ini.
"Presiden telah berulang kali menuding Israel sebagai negara teror. Israel membunuh anak-anak Gaza di pantai-pantai. Erdogan mengkritik keras soal ini. Dia bilang Israel bahkan melampaui Hitler dalam hal barbarisme," cetus Bahceli.
"Ini artinya pemerintah telah bertemu dengan Israel selama bertahun-tahun secara diam-diam dan kita tidak tahu soal ini," imbuhnya.
Hubungan Turki dan Israel retak selama enam tahun terakhir setelah pasukan komando Israel menyerang kapal kemanusiaan Freedom Flotilla yang bertujuan ke Gaza pada 31 Mei 2010. Sepuluh warga Turki tewas dan sekitar 50 orang lainnya luka-luka dalam insiden di perairan internasional di Laut Mediterania tersebut. Saat kejadian, kapal kemanusiaan tersebut tengah mencoba menembus blokade laut Israel atas Jalur Gaza.
(ita/ita)