Cameron yang berada di kubu 'Remain' atau tetap bergabung Uni Eropa ini, telah mengumumkan pengunduran dirinya pada Jumat (24/6) lalu, atau beberapa jam usai hasil referendum menyatakan Inggris keluar Uni Eropa. Setidaknya baru bulan September mendatang, pengganti Cameron dipilih.
Baca juga: Tolak Referendum Kedua, PM Cameron: Hasil Brexit Harus Dihormati
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dalam beberapa hari terakhir, saya telah berbicara dengan Kanselir (Jerman Angela) Merkel, Presiden (Prancis Francois) Hollande dan sejumlah pemimpin negara Eropa lainnya. Kami telah membahas perlunya persiapan untuk perundingan dan khususnya, fakta bahwa pemerintah Inggris tidak akan mengaktifkan pasal 50 saat ini," tegas Cameron kepada anggota parlemen Inggris, pada Senin (27/6) waktu Inggris.
"Sebelum kita melakukan itu, kita perlu menentukan hubungan semacam apa yang kita inginkan dengan Uni Eropa. Dan hal itu, tepatnya, tergantung pada Perdana Menteri selanjutnya beserta jajaran kabinetnya untuk menentukan," imbuhnya.
Baca juga: Politikus Prancis Minta Bahasa Inggris Dihapus sebagai Bahasa Resmi UE
Lebih lanjut Cameron mengaku dirinya sudah menjelaskan hal ini kepada Presiden Dewan Eropa dan Komisi Eropa. Cameron menambahkan, dirinya akan memperjelas hal ini saat bertemu dengan Dewan Eropa di Brussels, Belgia pada Selasa (28/6) waktu setempat.
"Ini adalah keputusan negara kita yang berdaulat dan ini akan dihadapi Inggris -- dan Inggris sendiri. Besok (28/6) juga menjadi kesempatan untuk menekankan poin ini: Inggris akan meninggalkan Uni Eropa, tapi kita tidak akan mengabaikan Eropa -- atau belahan dunia lainnya," ucapnya.
(nvc/ita)








































.webp)













 
             
  
  
  
  
  
  
 