Pria Amerika Latin itu mengatakan, Mateen marah besar setelah menyadari bahwa pria yang melakukan hubungan seks threesome dengannya, ternyata menderita virus HIV. Hal itu disampaikan pria yang hanya disebut sebagai Miguel itu dalam wawancara dengan stasiun televisi Univision dan dilansir media Inggris, The Sun, Kamis (23/6/2016).
Disebutkan Miguel, pria penderita HIV tersebut adalah keturunan Puerto Rico. Pengalaman itu membuat Mateen marah terhadap semua gay Puerto Rico dan merasa dirinya perlu melakukan pembalasan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hal yang membuat saya ingin mengatakan yang sebenarnya adalah bahwa dia (Mateen) tidak melakukan itu untuk terorisme," tutur pria Hispanik itu. "Menurut pendapat saya, dia melakukan itu untuk pembalasan," imbuh Miguel yang mengaku telah melakukan pertemuan dengan Mateen sekitar 20 kali.
Menurut Miguel, Mateen merasa ditolak dan diasingkan oleh komunitas gay Hispanik. Padahal Mateen sangat menyukai pria-pria Amerika Latin karena tertarik dengan warna kulit mereka, namun Mateen merasa dirinya hanya dimanfaatkan oleh mereka.
"Dia membenci kaum gay Puerto Rico atas semua hal buruk yang mereka lakukan," tutur Miguel. "Pulse adalah tempat di mana dia merasa dimanfaatkan, ditolak," imbuh Miguel.
"Dia merasakan kemarahan, banyak kemarahan terhadap orang-orang Puerto Rico," katanya.
Dalam wawancara dengan Univision, Miguel tampil mengenakan topeng prostetik dan suaranya diubah.
Mateen melepas tembakan secara membabi-buta di kelab malam gay Pulse di Orlando pada Minggu (12/6) dini hari waktu setempat. Penembakan brutal itu menewaskan 49 orang dan melukai puluhan orang lainnya.
Otoritas AS meyakini Mateen yang lahir di New York, telah diradikalisasi oleh propaganda Islam radikal melalui internet. Motif penembakan itu masih belum jelas, seiring mencuatnya laporan media yang menyebut Mateen kerap datang ke kelab gay tersebut dan pernah menggunakan aplikasi kencan untuk para gay.
(ita/ita)