Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir mengatakan, pemerintahnya telah sejak lama mendesak Washington untuk memimpin respons militer guna melengserkan Assad.
Kepada para wartawan usai pertemuan di Gedung Putih, Jubeir mengatakan seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (18/6/2016), sejak awal krisis Suriah, Riyadh telah menyerukan "kebijakan yang lebih keras, termasuk serangan udara, zona larangan terbang, zona larangan berkendara."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, lebih dari 50 diplomat AS menandatangani memo internal yang isinya mengkritik kebijakan AS di Suriah. Memo itu menyerukan serangan militer terhadap rezim Assad yang terus melanggar gencatan senjata kemanusiaan.
Seperti dilansir Reuters, Jumat (17/6/2016), memo berjudul 'kawat penolakan' itu ditandatangani oleh 51 pejabat level menengah hingga tingkat tinggi Departemen Luar Negeri AS, yang terlibat sebagai penasihat kebijakan untuk Suriah. Hal ini pertama kali dilaporkan oleh media AS, The Wall Street Journal (WSJ).
Menurut WSJ, memo itu menyerukan 'serangan militer terarah' terhadap rezim pemerintah Suriah, menyusul gencatan senjata untuk alasan kemanusiaan yang terus dilanggar sejak awal tahun ini. Serangan militer terhadap rezim Assad tentu akan memicu perubahan besar dalam kebijakan luar negeri Obama, yang selama ini memilih tidak ikut campur secara langsung dalam konflik Suriah.
Terkait memo tersebut, Gedung Putih menyatakan tengah mengkajinya. "Kami menyadari keberadaan kawat penolakan yang ditulis oleh sekelompok pegawai Departemen Luar Negeri (AS) terkait situasi di Suriah. Kami tengah mengkajinya sekarang, yang muncul baru-baru ini, dan saya tidak akan mengomentari isinya," ucap juru bicara Departemen Luar Negeri AS, John Kirby, menanggapi memo ini.
Kirby menambahkan, kawat penolakan semacam ini merupakan forum resmi yang mengizinkan pegawai Departemen Luar Negeri untuk menyampaikan pandangan alternatif. (ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini