Sama halnya dengan umat muslim di negara lain, para Warga Negara Indonesia (WNI) yang beragama muslim di Melbourne, Negara Bagian Victoria, Australia juga sangat antusias menyambut bulan puasa. Apalagi puasa tahun ini bertepatan dengan musim dingin, sehingga ada 'bonus' waktu puasa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di bulan Ramadan saya bisa bertemu dengan teman-teman di masjid ini. Ada beberapa yang selama setahun kita tidak bertemu dan hanya bertemu saat Ramadan, tentu saya sangat senang," kata Fatimah saat ditemui detikcom dan dua media lain yang difasilitasi Australia Plus ABC International di Masjid Jeffcott, Melbourne, Victoria, Australia, Minggu (5/7/2016).
Fatimah datang ke Masjid Jeffcott untuk menjalankan ibadah salat tarawih. Selama 5 tahun, dia menjadi jamaah setia yang selalu menjalankan ibadah tarawih di masjid yang berada di pusat kota Melbourne itu.
Perempuan yang bekerja sebagai asset perfomance engineer di sebuah perusahaan di Melbourne itu mengaku sangat menikmati suasana Ramadan di Australia, terutama Melbourne. Apalagi, dia tidak perlu pergi jauh untuk menemukan masjid yang terbuka untuk umum dan semua golongan.
![]() |
"Saya sangat nyaman dan cocok di masjid ini. Banyak bertemu dengan teman-teman dari berbagai negara dan latar belakang. Saya juga sangat suka dengan imamnya, setiap membaca surat-surat dan doa itu kadang kami sampai menangis karena keindahannya," jelas Fatimah yang sudah 12 tahun hidup di Melbourne itu.
Lima tahun menjadi jemaah di Masjid Jeffcott membuat Fatimah cukup dikenal oleh jamaah lain. Perempuan 29 tahun itu juga bercerita pengalamannya yang rutin mengikuti iktikaf di Masjid Jeffcott di 10 hari terakhir puasa.
"Kami juga biasa iktikaf di sini, jadi tinggal bawa sleeping bag ke sini. Kami bisa mengaji, beribadah dan bisa mengenal orang-orang baru yang juga mengikuti iktikaf," tutur Fatimah.
"Kalau ikut iktikaf saya tidur di masjid, sahur, salat Subuh kemudian bersih-bersih masjid dan kemudian pergi ke kantor seperti biasa," imbuhnya.
Namun, meski sangat antusias menyambut Ramadan, Fatimah tetap menyimpan kerinduan ke kampung halaman di Lombok. Suasana puasa di Indonesia yang sangat khas menjadi hal yang paling dirindukannya.
"Di Indonesia kan ada takjil, kita berbuka dengan yang manis-manis, kalau di sini kan tidak. Kalaupun ada yang menjual takjil ya kita harus mencari dan itu biasanya juga restoran Indonesia," urai Fatimah.
"Yang paling saya rindukan itu suara azan, di Indonesia kan kita bisa mendengarkan azan di mana-mana, apalagi azan Magrib di saat puasa. Tapi di sini kan kita tidak bisa mendengar azan dari masjid. Lalu suasana menjelang berbuka kan berbeda ya," tandas dia. (Hbb/nwk)