Tsai yang mencetak sejarah sebagai presiden wanita pertama di Taiwan ini, menolak mengomentari langsung isu ini. Partai Demokrat Progresif Taiwan (DPP) yang menaungi Tsai juga menolak berkomentar. Namun politikus dan publik Taiwan secara terbuka mengungkapkan ketidaksenangan mereka.
"Itu sungguh pernyataan konyol dan bentuk diskriminasi terhadap semua orang yang lajang. Setiap orang memiliki hak atas hidup mereka, baik dengan memiliki pasangan atau tetap lajang dan itu harus dihormati," tegas anggota parlemen Taiwan dari DPP, Yeh Yi-chin, kepada AFP, Kamis (26/5/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Tak Menikah, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen Disebut Bergaya Ekstremis
Dalam komentarnya, Wang Weixing yang merupakan pengamat militer asal China dan anggota Asosiasi Hubungan Antara Selat Taiwan, mencetuskan bahwa gaya politik Presiden Tsai dipengaruhi oleh statusnya sebagai politikus wanita yang melajang.
"Dalam strategi dan gaya politik, dia (Tsai-red) cenderung emosional, personal dan ekstrem. Dalam trik-trik politik, dia sepertinya kurang strategi, lebih banyak detail taktis dan tujuan jangka pendeknya yang paling penting, sedangkan tujuan jangka panjangnya kurang matang," sebut Wang Weixing.
Para pengguna internet di Taiwan bergabung dengan politikus dan anggota parlemen yang mengecam komentar Wang Weixing. "Kenapa dia tidak mengkritik kumpulan politikus pria yang sudah menikah dan memiliki hubungan di luar pernikahan? Dasar chauvinist (orang yang mengunggulkan diri sendiri) yang melukai kesetaraan gender," demikian komentar salah satu warga Taiwan di halaman Facebook surat kabar Liberty Times.
"Apakah menjadi lajang itu sebuah kejahatan? Pernyataan seperti itu hanya menunjukkan pada dunia betapa sesatnya China," sebut komentar publik lainnya pada situs media online, Apple Daily.
"China sungguh biadab," bunyi komentar publik Taiwan lainnya.
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini