Ulama terkemuka di Irak, Moqtada al-Sadr, menyalahkan pemerintah Irak yang dianggap gagal menjaga keamanan. Ratusan milisi yang loyal terhadapnya dikerahkan ke Sadr City dan lima kota Syiah lainnya, yang rawan konflik.
Disampaikan sumber kepolisian dan medis, seperti dilansir Reuters, Rabu (18/5/2016), ledakan bom bunuh diri di distrik al-Shaab menewaskan 41 orang dan melukai lebih dari 70 orang. Sedangkan ledakan bom mobil di dekat Sadr City menewaskan sedikitnya 30 orang dan melukai 57 orang lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perdana Menteri Irak, Haider al-Abadi, memerintahkan penangkapan pejabat yang bertanggung jawab atas keamanan distrik al-Shaab. Tidak dijelaskan lebih lanjut alasan penangkapan ini.
Berbagai serangan teror yang diklaim oleh ISIS, baik di dalam wilayah Baghdad maupun sekitarnya, telah menewaskan lebih dari 100 orang sejak pekan lalu. ISIS yang menguasai sebagian wilayah Irak di bagian utara dan barat, tidak berupaya menduduki Baghdad, namun terus meningkatkan serangan teror di wilayah ibu kota dengan menargetkan warga Syiah dan gedung pemerintah.
Secara terpisah, ulama al-Sadr menyebut pengeboman itu sebagai bukti kegagalan pemerintah Irak. "Bukti paling nyata bahwa pemerintah Anda tidak mampu melindungi Anda dan memberikan Anda keamanan," sebutnya.
Ulama al-Sadr mengerahkan loyalisnya yang disebut Brigade Perdamaian di Sadr City. Mereka menumpang mobil pikap yang dilengkapi senapan mesin. Para loyalis al-Sadr ini mengatur sejumlah perempatan penting dan melarang mobil-mobil berhenti di tengah jalan. Saksi mata Reuters menyebut, jumlah loyalis al-Sadr jauh lebih besar dari pasukan keamanan pemerintah Irak, yang hanya berjaga di pintu masuk setiap kawasan.
(nvc/trw)











































