Seperti dilansir AFP, Senin (16/5/2016), Duterte mengumumkan bahwa Duta Besar China di Manila, Filipina akan menjadi salah satu dari tiga diplomat asing yang akan ditemuinya pertama kali, awal pekan ini.
"Hubungan baik tidak akan pernah dingin. Tapi saya lebih memilih untuk berteman dengan semua orang," ucap Duterte kepada wartawan di kota Davao, ketika ditanya apakah dirinya ingin hubungan yang lebih dekat dengan China, dibandingkan ketika Filipina dipimpin Presiden Benigno Aquino.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hubungan antara Filipina dengan China cenderung memburuk selama masa kepemimpinan Aquino, atau selama 6 tahun terakhir. Terutama terkait sengketa wilayah Laut China Selatan yang melibatkan beberapa negara, termasuk Filipina.
China mengklaim nyaris seluruh Laut China Selatan, bahkan wilayah perairan yang dekat dengan pantai-pantai Filipina, Vietnam dan beberapa negara Asia Tenggara lainnya. Untuk memaksakan klaimnya, China bahkan membangun pulau buatan di atas gugusan karang di Laut China Selatan dalam beberapa tahun terakhir. Tidak hanya itu, China juga membangun landasan udara yang bisa dilewati pesawat militer.
Pada tahun 2012 lalu, China juga mengambil alih Scarborough Shoal, perairan kaya ikan yang ada di dalam zona eksklusif ekonomi Filipina. Pemerintahan Filipina di bawah Aquino menanggapi hal itu dengan menandatangani pakta pertahanan baru dengan Amerika Serikat (AS).
Baca juga: Presiden Terpilih Filipina Pertegas Akan Perintahkan Tembak Mati Penjahat
Filipina juga mengajukan permohonan hukum untuk menggelar pengadilan khusus PBB yang diminta menyatakan klaim China terhadap seluruh wilayah Laut China Selatan tidak valid. Aquino juga mengangkat isu ini ke sejumlah forum internasional, termasuk pertemuan 10 negara anggota ASEAN.
Taktik Aquino ini membuat China marah dan meminta Filipina untuk berunding secara langsung. Di sisi lain, China bersikeras tidak akan menyerahkan wilayah Laut China Selatan yang dianggap bagian wilayahnya. Saat itu, Aquino menolak untuk menggelar perundingan langsung dengan China.
Duterte yang akan dilantik pada 30 Juni mendatang, berencana untuk terus mengangkat isu Laut China Selatan dan berulang kali menyatakan akan menggelar pembicaraan langsung dengan China.
"Jika kapal perundingan masih ada di perairan dan tidak akan ada angin yang mendorongnya untuk berlayar, saya mungkin akan memutuskan menggelar pembicaraan bilateral dengan China," tandas Duterte.
Baca juga: Presiden Terpilih Filipina Terima Kepulangan Pemimpin Komunis
(nvc/ita)











































