Pekan lalu, dalam postingan di akun Facebook, pendiri Partai Komunis Filipina Jose Maria Sison menyatakan dirinya berharap untuk pulang ke Filipina menyusul kemenangan Duterte dalam pemilihan presiden 9 Mei lalu. Selama ini, Sison tinggal di Belanda dan terus menjalin hubungan dengan Duterte.
Dalam konferensi pers pertamanya sejak terpilih menjadi presiden Filipina, Duterte menyatakan bahwa kepulangan Sison ke Filipina penting untuk membantu menghentikan pemberontakan komunis. Pemberontakan partai komunis Filipina tersebut merupakan salah satu pemberontakan terlama di Asia, dan telah merenggut sekitar 30 ribu nyawa sejak tahun 1960-an.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Duterte juga mengatakan seperti dilansir kantor berita AFP, Senin (16/5/2016), tokoh-tokoh komunis akan dipertimbangkan untuk mendapat posisi di kabinet pemerintahannya.
Sison yang kini berumur 77 tahun, kabur ke Eropa tak lama setelah pembicaraan damai gagal pada tahun 1987. Sayap bersenjata partai komunis, New People's Army, kini diyakini memiliki kurang dari 4 ribu tentara, turun dari jumlah 26 ribu tentara pada tahun 1980-an.
Duterte akan dilantik pada 30 Juni mendatang. Dikatakan Duterte yang merupakan mahasiswa Sison di sebuah universitas di Manila pada tahun 1960-an, dirinya juga mempertimbangkan untuk membebaskan para tahanan komunis.
Presiden incumbent Benigno Aquino sempat menghidupkan kembali pembicaraan damai dengan komunis setelah dilantik pada tahun 2010. Namun kemudian dialog dihentikan pada tahun 2013, setelah menuding komunis tidak tulus dalam upaya untuk mencapai penyelesaian politik. Pembicaraan mandek setelah komunis menuntut pembebasan puluhan rekan-rekan mereka yang dipenjara, namun pemerintahan Aquino menolak tuntutan tersebut. (ita/ita)











































