Seperti dilansir Reuters dan AFP, Senin (9/5/2016), kelima kandidat calon presiden Filipina ialah Rodrigo Duterte, Manuel Roxas, Grace Poe, Miriam Santiago dan Jejomar Binay. Dari kelima kandidat itu, Duterte menjadi kandidat yang dijagokan menang dalam polling terbaru menjelang pemilu.
"Saya memilih lebih awal agar Wali Kota (Duterte) bisa terwakili," ucap salah satu warga Filipina, Lea Alimasag, yang merupakan ibu rumah tangga di Davao. Di kota Davao, gaya keras Duterte membuatnya memenangkan 7 kali pemilihan Wali Kota sejak tahun 1988.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warga Filipina antre untuk memilih di kota Davao (REUTERS/Erik De Castro) |
Padahal selama ini Duterte yang menjabat Wali Kota Davao ini, dkenal akan pernyataannya yang blak-blakkan cenderung kasar dan kontroversial. Bahkan Duterte disamakan dengan bakal capres Partai Republik Amerika Serikat Donald Trump yang juga kontroversial.
Beberapa waktu lalu, Duterte melontarkan lelucon soal dirinya ingin memperkosa seorang misionaris wanita asal Australia yang tewas dalam kerusuhan penjara tahun 1989 silam. Pada Januari 2015 lalu, saat Paus Fransiskus berkunjung ke Filipina, Duterte menyebutnya sebagai 'anak pelacur' karena saat itu dirinya terjebak macet akibat rombongan Paus.
Tidak hanya itu, Duterte juga terang-terangan tak mempedulikan Hak Asasi Manusia (HAM) dengan berjanji menghabisi para pelanggar hukum. "Lupakan soal HAM. Jika saya berhasil masuk ke istana presiden, saya akan melakukan hal yang pernah saya lakukan sebagai Wali Kota. Anda para pengedar narkoba, perampok bersenjata, pemalas, Anda lebih baik keluar. Karena sebagai Wali Kota, saya akan membunuh Anda," tegasnya.
Spanduk dukungan untuk Rodrigo Duterte (REUTERS/Erik De Castro) |
Duterte yang menjadi kandidat paling populer ini, menyerukan visi yang fokus pada penegakan hukum dan ketertiban dengan menargetkan gratifikasi, tindak kriminal, dan kejahatan narkoba. Namun retorika berapi-api dan sumpah Duterte untuk membunuh setiap pelaku kriminal, menuai kekhawatiran akan kepemimpinan bergaya otoriter.
"Simbol kampanye Duterte adalah kepalan tangan -- dimaksudkan untuk para pelanggar hukum, namun terlihat seolah ditargetkan pada oligarki. Pesan itu sangat bergaung di kalangan miskin yang frustrasi dan merasa dikecewakan pemerintah, namun penggemarnya luas dari seluruh kelas," terang seorang penulis ternama Filipina, Miguel Syjuco, dalam kolom opininya pekan lalu.
Pendukung Duterte menggunakan hak suaranya (REUTERS/Erik De Castro) |
Lebih lanjut, Syjuco menyebut slogan Duterte yang berbunyi 'change is coming' sebagai: "Pesan yang benar tapi datang dari pembawa pesan yang salah."
Pemilu di Filipina sulit diprediksi, namun dua jajak pendapat pekan lalu menunjukkan Duterte memimpin sedikitnya 11 persen suara dari rival terdekatnya. Grace Poe, senator wanita Filipina dan Roxas yang mantan Menteri Dalam Negeri, dilihat sebagai kandidat yang paling mampu menyaingi Duterte. Pekan lalu, Presiden Aquino meminta kandidat lainnya bersatu dan menghalangi Duterte memenangi pemilu.
Pemilu kali ini akan diikuti separuh dari total 100 juta jiwa penduduk Filipina yang terdaftar sebagai pemilih. Mereka akan memilih presiden, wakil presiden, 300 anggota parlemen dan sekitar 18 ribu anggota dewan daerah. Pemungutan suara dimulai sekitar pukul 06.00 waktu setempat dan akan ditutup 11 jam kemudian.
Baca juga: Pemilu Filipina Diwarnai Aksi Penembakan, 7 Orang Tewas di Rosario
(nvc/ita)












































Warga Filipina antre untuk memilih di kota Davao (REUTERS/Erik De Castro)
Spanduk dukungan untuk Rodrigo Duterte (REUTERS/Erik De Castro)
Pendukung Duterte menggunakan hak suaranya (REUTERS/Erik De Castro)