"Ini merupakan penurunan drastis, dari setahun lalu ketika 1.500-2.000 militan asing bergabung kelompok itu di Irak dan Suriah, setiap bulannya," ujar Mayor Jenderal Angkatan Udara Peter Gersten, yang juga Wakil Komandan Operasional dan Intelijen koalisi pimpinan AS melawan ISIS, seperti dilansir Press TV, Rabu (27/4/2016).
Dalam laporan awal bulan ini, Departemen Luar Negeri AS menyebut jumlah anggota ISIS yang ada Irak dan Suriah merupakan jumlah terendah sejak dua tahun terakhir. Kondisi ini dipicu berbagai serangan militer lokal juga internasional terhadap ISIS di Irak dan Suriah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip laporan mantan agen intelijen Inggris tahun 2015 lalu, Departemen Luar Negeri AS menyebut Suriah sebagai inkubator global untuk generasi militan yang baru. Dalam 18 bulan terakhir, ISIS dilaporkan mampu merekrut 31 ribu militan asing.
Gersten menambahkan, jumlah anggota yang membelot dari ISIS mengalami penambahan. Namun Gersten menolak untuk menyebut jumlah pastinya.
"Kami melihat adanya keretakan dalam semangat juang mereka, kami melihat ketidakmampuan mereka untuk membayar, kami melihat ketidakmampuan mereka untuk bertempur, kami mengawasi mereka berusaha meninggalkan Daesh (nama Arab untuk ISIS) dalam berbagai cara," terang Gersten.
Militer AS dan koalisinya terus melancarkan serangan udara terhadap posisi ISIS di Irak sejak Agustus 2014 lalu. Kemudian sejak September tahun yang sama, koalisi pimpinan AS memperluas serangan udara terhadap ISIS di wilayah Suriah, yang dilanda konflik sejak lima tahun terakhir.
Dalam laporan terpisah baru-baru ini, perusahaan analisis yang bermarkas di AS, IHS, melaporkan pendapatan ISIS berkurang sekitar 30 persen dalam setahun terakhir. Penurunan juga terjadi pada populasi di wilayah yang dikuasai ISIS di Suriah dan Irak.
Baca juga: Wilayahnya Berkurang, Pendapatan ISIS Turun 30 Persen
(nvc/ita)











































