Menurut jaringan televisi Rusia, RT yang mengutip jurnalis Kurdi setempat, serangan itu dilakukan pada Kamis (7/4) siang waktu setempat dan menyebabkan para korban sesak napas.
"Serangan dilakukan antara pukul 11.30 dan 12.00 waktu setempat. Gas yang digunakan dalam serangan ini menyebabkan sesak napas dan rasa tidak enak di kalangan mereka yang terkena. Ini mengindikasikan bahwa bahan beracun digunakan dalam serangan itu," ujar jurnalis setempat Nawrouz Uthman, seperti dilansir media Press TV, Jumat (8/4/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rekaman video yang diposting online memperlihatkan gas kuning menyelimuti kawasan Sheikh Maqsood di Aleppo, yang berlokasi sekitar 355 kilometer utara Damaskus, ibukota Suriah.
Walaat Mamu, dokter yang bekerja di rumah sakit setempat, mengatakan bahwa beberapa korban dibawa ke rumah sakit itu dengan gejala mati lemas usai serangan.
"Para korban kebanyakan datang dengan gejala mati lemas sebagai akibat serangan atas Sheikh Maqsood dengan gas beracun. Belum dipastikan bahan beracun apa yang digunakan dalam serangan itu. Namun, gejala-gejala yang diperlihatkan para korban memungkinkan untuk meyakini bahwa mereka keracunan akibat gas-gas beracun terlarang," kata dokter tersebut.
Sebelumnya pada Agustus 2013, ratusan orang tewas akibat serangan kimia di Ghouta, pinggiran Damaskus. Menurut media setempat, roket yang digunakan dalam serangan itu mengandung gas sarin.
Menurut laporan organisasi Masyarakat Medis Suriah-Amerika, kelompok ISIS telah melakukan lebih dari 160 serangan yang melibatkan gas-gas beracun seperti sarin, klorin dan gas mustard, sejak pecahnya konflik Suriah pada tahun 2011. Setidaknya 1.491 orang dilaporkan tewas dalam serangan-serangan kimia itu. (ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini