Dalam wawancara pertamanya dengan surat kabar Siprus, Phileleftheros seperti dilansir media Inggris, Daily Mail, Kamis (31/3/2016), wanita bernama Marina Paraschou menyebut Mustafa sebagai sosok yang kasar terhadap dirinya juga tiga anaknya. Bahkan Paraschou menyebut Mustafa sebagai pecandu narkoba yang sering marah dan kasar terhadapnya jika tak mendapat narkoba untuk dipakai.
"Sebagian besar media menggambarkan situasi romantis dengan seorang pria yang berusaha mencari mantan istrinya. Tapi itu jauh dari kebenaran dan mereka akan memiliki pendapat berbeda jika tahu seperti apa dia (Mustafa) sebenarnya," ucap Paraschou.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Merasa Malu, Mantan Istri Tak Mau Temui Pembajak EgyptAir
Paraschou bertemu dengan Mustafa pada tahun 1983 silam, ketika dia masih berusia 18 tahun. Dua tahun kemudian, keduanya menikah. Mereka dikaruniai tiga anak selama pernikahan yang berlangsung 5 tahun, yang disebut Paraschou sebagai: "Masa paling kelam dalam hidup saya."
Selama menikah, keduanya tinggal bersama orang tua Paraschou di Siprus. Saat itu Mustafa tidak memiliki pekerjaan alias pengangguran sehingga tidak pernah menyokong keluarganya secara finansial. Hingga akhirnya mereka bercerai pada tahun 1990, namun Mustafa baru meninggalkan Siprus tahun 1994.
Paraschou yang berasal dari Oroklini, desa kecil dekat bandara Larnaca, Siprus, ini mengaku pernah menghubungi Mustafa yang saat itu sudah pulang ke Mesir. Saat itu, Paraschou bermaksud memberitahu salah satu anak mereka tewas dalam kecelakaan.
"Saya menghubunginya dan semua yang dia katakan adalah 'Apa peduli saya?' Saya bisa memastikan kepada Anda, dia tidak pernah peduli pada saya maupun anak-anaknya -- baik saat masih ada di Siprus maupun setelah dia pergi. Satu-satunya hal yang dia berikan adalah rasa sakit, ketidakbahagiaan, dan ketakutan," terangnya.
Baca juga: Mulai Disidang, Pembajak EgyptAir Ingin Temui Mantan Istri dan Anak-anak
(nvc/ita)











































