Salam Dua Jari dari Pembajak yang Rindu Mantan Istri

Salam Dua Jari dari Pembajak yang Rindu Mantan Istri

Novi Christiastuti - detikNews
Kamis, 31 Mar 2016 11:37 WIB
Salam dari Mustafa (Foto: BBC Magazine)
Siprus - Saif El Din Mustafa (59) langsung mencuat namanya di seantero dunia. Dia membajak dan membelokkan arah sebuah pesawat komersil bermodalkan sabuk bom palsu. Aksinya dipicu oleh masalah pribadi. Kini, dia memberi salam dua jari.

Peristiwa pembajakan terjadi pada Selasa (29/3) pagi. Pesawat EgyptAir bernomor penerbangan MS181 tersebut bertolak dari kota Alexandria menuju Kairo, Mesir namun dibajak oleh Mustafa dan dipaksa mendarat di Siprus.

Setelah proses negosiasi alot dan disertai drama penyerahkan surat untuk mantan istri, Mustafa akhirnya menyerahkan. Total 55 penumpang dan 7 awak di dalam pesawat yang sempat disandera, selamat. Bahkan ada salah seorang penumpang asal Inggris yang sempat berfoto bareng dengan si pembajak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Belakangan juga diketahui, sabuk bom yang dijadikan senjata untuk membajak ternyata palsu. Isinya, hanya beberapa casing ponsel yang dilingkarkan ke tubuh dibalut dengan sabuk kain. Bentuknya sekilas memang seperti sabuk bom seperti yang kerap terlihat di film bertema terorisme.

Setelah ditangkap, dia langsung diadili oleh Pengadilan Siprus. Dalam sidang yang digelar di Larnaca, seperti dilansir Reuters, Rabu (30/3/2016), pengadilan memerintahkan agar Mustafa tetap ditahan hingga 8 hari ke depan atas dugaan pidana pembajakan, penculikan, mengancam dengan kekerasan, serta terjerat dakwaan terkait terorisme dan kepemilikan bahan peledak.

Usai sidang, sebuah momen menarik terlihat di kamera. Tak ada raut penyesalan di wajah Mustafa. Dia malah memberikan salam dua jari atau salam 'V' sambil menjulurkan tangannya keluar mobil. Oleh media barat, salam itu diartikan sebagai 'victory' atau kemenangan.

Secara terpisah, kepolisian Siprus merilis pernyataan pertama Mustafa setelah ditangkap pada Selasa (29/3). Sesuai dugaan, motifnya berhubungan dengan kerindungan dengan keluarga, yakni mantan istri dan anak-anaknya.

"Ketika seseorang tidak bisa menemui keluarganya selama 24 tahun dan ingin menemui istri serta anak-anaknya, dan pemerintah Mesir tidak mengizinkannya, apa yang seharusnya dia lakukan?" ucap Mustafa kepada kepolisian Siprus.

Rincian dan penjelasan soal pernyataan Mustafa itu tidak diberikan oleh kepolisian. Informasi sejumlah media lokal Mesir dan Siprus menyebut, Mustafa memiliki mantan istri di Siprus dan disebutkan juga pria Mesir ini pernah tinggal di Siprus hingga tahun 1994.

Otoritas Siprus menyebut Mustafa dalam kondisi kejiwaan tidak stabil. Sedangkan Kementerian Dalam Negeri Mesir menyatakan Mustafa pernah terlibat sejumlah kasus pidana, seperti pemalsuan, penipuan, perampokan hingga kasus narkoba di Mesir.

Mustafa langsung menjadi olok-olok di media sosial. Ada yang menganggap wajar saja, sang istri meninggalkannya karena kelakuan Mustafa seperti itu. Sebagian lagi menilai, Mustafa butuh pertolongan.

Komentar bernada sarkas pun datang dari beberapa pejabat. Presiden Siprus Nicos Anastasiades merespons pertanyaan reporter terkait apakah pembajak dimotivasi oleh urusan percintaan, dengan mengatakan, "selalu ada perempuan yang terlibat." Pernyataan ini kemudian memicu banyak kritik.

Salah satu yang paling banyak dikicaukan adalah kutipan Menteri Luar Negeri Mesir, "Dia bukan teroris, dia idiot. Teroris itu gila tapi mereka tidak bodoh. Tapi yang ini bodoh."

Pembajak pesawat maskapai Mesir, EgyptAir, Seif El Din Mustafa, tinggal di kawasan distrik miskin di Kairo. Tetangga Mustafa menceritakan bagaimana frustrasinya Mustafa untuk bertemu mantan istri dan anak-anaknya yang ada di Siprus.

Mustafa yang berusia 59 tahun ini diketahui berasal dari wilayah Helwan, Kairo bagian selatan dikenal sebagai distrik miskin. Tidak hanya pernah dikeluarkan dari kuliah jurusan hukum di Universitas Alexandria, Mustafa juga pernah terjerat sejumlah kasus pidana dan bahkan masuk penjara sebanyak tiga kali.

Tahun 2011 saat Mesir dilanda kerusuhan besar, Mustafa yang saat itu tengah dipenjara atas kasus pemalsuan ikut melarikan diri ketika terjadi pembobolan penjara, yang menurut otoritas Mesir, didalangi Ikhwanul Muslimin. Mustafa menyerahkan diri 3 tahun setelahnya dan dipenjara hingga awal tahun 2015 lalu.

Salam dua jari (foto: Reuters)


Seperti dilansir media Amerika Serikat, The New York Times, Rabu (30/3/2016), dengan sejumlah kasus pernah menjeratnya, Mustafa tidak bisa bebas pergi ke luar negeri untuk menemui mantan istrinya, yang diketahui tinggal di Siprus. Mustafa sendiri pernah tinggal di Siprus hingga tahun 1994.

Salah satu tetangga Mustafa, Nagat Hassanan, menuturkan dirinya tak sengaja mendengar percakapan telepon Mustafa beberapa hari sebelum pembajakan terjadi. Saat itu Mustafa menerima telepon di luar rumahnya yang memiliki pagar besi di Helwan.

"Dia (Mustafa-red) terdengar sangat frustrasi, dan dia mengatakan, 'Saya sungguh ingin pergi, tapi paspor saya dicabut'," ucap Hassanan menirukan perkataan Mustafa saat itu.

Mustafa usai sidang (Reuters)


Di Helwan, menurut Hassanan, Mustafa tinggal bersama saudara laki-lakinya yang mengalami gangguan mental dan seorang saudara perempuan yang janda. Tidak dijelaskan lebih lanjut soal pekerjaan dan latar belakang Mustafa lainnya.

Warga Helwan lainnya menilai tindakan Mustafa tidak didasari oleh motif politik, melainkan lebih didasari oleh kemiskinan dan putus asa. "Keluarganya miskin, orang-orang tak berdaya. Sama seperti semua orang di sini," tutur Suhari Hanafi, warga Helwan yang memiliki kios kecil di seberang rumah Mustafa.

Mantan istri Mustafa yang identitasnya tidak dirilis ke publik, sempat dihadirkan ke bandara Larnaca, pada Selasa (29/3) untuk membujuknya menyerah. Sejumlah pejabat Siprus menyebut Mustafa dan mantan istrinya memiliki lima anak, yang salah satunya tewas dalam kecelakaan mobil. Tidak banyak informasi yang diketahui soal mantan istri Mustafa.

sandera Egyptair (AFP)
(mad/mad)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads