Demikian disampaikan kelompok riset Economist Intelligence Unit (EIU) dalam versi terbaru penilaian Risiko Globalnya seperti dilansir kantor berita AFP, Kamis (17/3/2016).
Kelompok riset Inggris tersebut menyoroti komentar-komentar Trump mengenai permusuhan dengan China, juga usulannya untuk melarang muslim masuk AS. Disebutkan EIU, pernyataan provokasi Trump itu berpotensi menjadi alat rekrutmen untuk anggota-anggota kelompok militan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dia sangat menentang perdagangan bebas, termasuk NAFTA (Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara) dan telah berulang kali menjuluki China sebagai 'manipulator mata uang," demikian disampaikan EIU.
"Dia juga telah menunjukkan sikap yang sangat sayap kanan soal Timur Tengah dan terorisme jihad, termasuk di antaranya, mendukung pembunuhan keluarga-keluarga teroris dan melancarkan serangan darat ke Suriah untuk memberantas ISIS (dan mendapatkan minyaknya)," demikian disampaikan EIU.
EIU menempatkan kemenangan Trump pada peringkat 12 dalam indeks penilaian Risiko Global. Kelompok militan ISIS menempati peringkat yang sama dalam indeks ini. Menurut EIU, jika serangan-serangan teroris ISIS meningkat, bisa mengganggu kestabilan perekonomian dunia, khususnya pasar saham AS dan Eropa.
Meski begitu ditekankan EIU, pihaknya tidak mengharapkan Trump mengalahkan rival terkuatnya di Demokrat, Hillary Clinton dalam pemilihan presiden pada November mendatang. Ditekankan organisasi itu, Kongres AS kemungkinan akan menolak usulan-usulan radikal Trump jika miliarder AS itu menjadi presiden.
(ita/ita)