Trump banyak menyinggung China dalam kampanyenya, mulai dari berjanji memberlakukan tarif untuk barang produksi luar negeri, hingga berniat mengembalikan produksi iPhone ke AS. Bahkan Trump menggunakan aksen Inggris terbata-bata saat berpidato untuk mengejek gaya pengusaha China.
Baca juga: Protes Donald Trump, Demonstran Pura-pura Mati di Depan Trump Tower
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mencuatnya Trump telah membuka kotak pandora di AS," tulis Global Times dalam editorialnya, seperti dilansir CNN, Kamis (17/3/2016).
"Bermulut besar, antitradisional, blak-blakkan secara kasar, dia populis sempurna yang bisa dengan mudah memprovokasi publik," imbuh editorial itu merujuk pada Trump.
Baca juga: Wajah Para Pendukung Donald Trump
Global Times juga menyebut bahwa Trump awalnya hanya dijadikan 'badut' untuk menarik banyak pemilih Partai Republik. Namun kini, Trump mencuat menjadi kandidat terdepan dan hal ini menjadi mimpi terburuk Partai Republik.
"Tugasnya (Trump), pada dasarnya, bertindak sebagai badut untuk menarik perhatian lebih banyak pemilih pada GOP (Partai Republik). Namun, dia mengalahkan sebagian besar kandidat menjanjikan lainnya, sang badut kini menjadi kuda hitam hebat," sebut Global Times.
Tidak hanya itu, Global Times juga menggunakan momen mencuatnya Trump untuk menyoroti demokrasi AS, yang mereka sebut semakin menurun dan gagal. "(Benito) Mussolini dan (Adolf) Hitler meraup kekuasaan melalui pemilu, pelajaran besar untuk demokrasi negara Barat," tulis Global Times.
(nvc/ita)











































