Seperti dilansir PressTV, Kamis (17/3/2016), beberapa waktu lalu Trump menyerukan dirinya masih akan dipilih warga, meskipun dia menembak seseorang di Fifth Avenue, New York. Pernyataan yang dilontarkan di tengah maraknya penembakan di AS ini, memancing kemarahan aktivis antisenjata.
James Keivom/New York Daily News |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka menutupi tubuh mereka dengan kain putih dan tetap tenang seolah-olah mati selama beberapa menit, sebagai simbol korban tewas penembakan brutal di AS. Aksi protes ini digelar oleh organisasi Brady Campaign to Prevent Gun Violence.
James Keivom/New York Daily News |
Para demonstran meneriakkan '90 per hari, tidak lagi, tidak mungkin!' yang merujuk pada jumlah warga AS yang tewas setiap harinya dalam kasus penembakan.
"Donald Trump menyampaikan pernyataan menggelikan ketika dia mengatakan 'Saya bisa berdiri di tengah Fifth Avenue, menembak seseorang, dan masih mendapat suara (dalam pemilu).' Saya seorang korban kekerasan bersenjata. Saya pernah ditembak dan saya kehilangan seorang teman," tutur salah satu demonstran kepada media setempat, New York Daily News.
Michele Gorman/Newsweek |
Unjuk rasa ini digelar selang sehari setelah Trump memenangkan tiga negara bagian dalam pemilihan awal Selasa (15/3) malam waktu setempat. Kemenangan itu membuat Trump terus mendominasi pencapresan Partai Republik, meskipun banyak kalangan Republik yang tidak menyukainya.
Dalam wawancara dengan CNN, Trump bahkan memperingatkan akan terjadi kerusuhan jika dirinya dijegal dari pencapresan Partai Republik. Trump menyatakan, jika dirinya hadir dalam konvensi Partai Republik di Cleveland pada Juli mendatang dengan jumlah delegate lebih banyak dari kandidat lain dan masih kalah dalam pencapresan, maka: "Saya pikir itu akan memicu kerusuhan."
Baca juga: Donald Trump Ingatkan Akan Ada Kerusuhan Jika Pencalonannya Dijegal
(nvc/ita)












































James Keivom/New York Daily News
James Keivom/New York Daily News
Michele Gorman/Newsweek