Seperti dilansir AFP, Jumat (19/2/2016), ketiga pemuda dan para korbannya merupakan bagian dari ratusan siswa asal China yang dikenal sebagai 'parachute kids', yaitu mereka yang pergi ke AS untuk sekolah dan tinggal dengan keluarga lokal, sementara orang tua mereka tetap tinggal di China.
Identitas ketiga pemuda itu dirilis ke publik, yakni Yunyao Zhai (18), Yuhan Yang (19) dan Xinle Zhang (19). Ketiganya dijerat dakwaan penculikan dan penyerangan. Dalam persidangan, ketiga pemuda itu telah mengaku bersalah atas dakwaan yang dijeratkan kepada mereka dan bahkan meminta maaf atas tindakan kasar mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aksi penyerangan ini terjadi dalam dua kesempatan terpisah pada Maret tahun lalu. Dalam insiden pertama, Zhai dan Yang menyerang korban yang berusia 16 tahun di sebuah restoran dan di taman di Rowland Heights, wilayah Los Angeles bagian timur yang memiliki banyak populasi warga keturunan China. Penyerangan itu terjadi karena menurut otoritas setempat, Zhai menganggap korban yang seorang remaja perempuan tidak menghormatinya.
Insiden kedua terjadi selang dua hari kemudian, ketika ketiga pelaku menculik teman sekelasnya, seorang gadis berusia 18 tahun, dan membawanya ke taman Rowland Heights. Di sana, korban ditelanjangi, dipukuli berulang kali, diludahi, ditendang dan disundut rokok selama 5 jam berturut-turut.
Tidak hanya itu, Zhang memotong rambut korban dan memaksa korban untuk memakan rambutnya sendiri. Beberapa orang yang menyaksikan aksi keji ini merekamnya dengan telepon genggam mereka. Serangan kedua itu, menurut otoritas setempat, diduga dipicu oleh pertikaian dengan seorang pemuda lainnya dan tagihan restoran yang belum dibayar.
Kasus ini memicu kekhawatiran mendalam di kalangan komunitas China di Rowland Heights dan sekitarnya. Ini juga menimbulkan pertanyaan atas kebijakan para orang tua mengirimkan anak-anaknya yang masih remaja ke luar negeri tanpa pengawasan ketat.
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini