Diberitakan Reuters, Rabu (10/2/2016), pejabat keamanan AS masih enggan menyebutkan di negara mana saja dana-dana tersebut akan digunakan. Penambahan anggaran militer ini dilakukan di tengah pembahasan AS dan sekutunya soal penghentian penyebaran paham ISIS di Libya dan wilayah lainnya di Afrika.
Anggaran yang diusulkan oleh Pertahanan AS untuk wilayah Afrika Utara dan barat adalah bagian dari komponen anggaran Pentagon sebesar USD 7,5 miliar untuk tahun 2017 melawan ISIS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sumber lainnya menyebutkan dana tersebut juga akan diperuntukkan untuk Afrika wilayah barat. Sementara itu, Wakil Ketua Gabungan Kepala Staf Angkatan Udara AS, Jenderal Paul Selva mengatakan dana jutaan dollar itu bertujuan mengatasi ancaman dari kelompok militan di seluruh Afrika, termasuk al-Shabaab di timur, Boko Haram di barat, dan ISIS di Libya.
"Uang yang kami masukkan ke dalam anggaran untuk mengatasi ancaman-ancaman di Afrika dan untuk bekerjasama dengan pasukan lokal serta pasukan mitra lainnya untuk mencegah beberapa ancaman," kata Selva.
Pada kesempatan yang berbeda, Menteri Pertahanan AS Ash Carter pada pekan lalu mengumumkan niatnya untuk meningkatkan anggaran pertahanan untuk melawan ISIS dengan dana total sebesar USD 582,7 miliar.
Bagian penting dari USD 75 miliar akan akan dipergunakan dalam optimalisasi bagian persenjataan/amunisi. Carter mengatakan AS telah menggunakan begitu banyak bom pintar dan roket yang dipandu laser di Irak dan Suriah. Anggaran Angkatan Udara mencakup sekitar 4.500 bom berdiameter kecil, dua kali lipat dari pembelian tahun sebelumnya. Angkatan Laut diusulkan membeli 100 rudal hellfire yang saat ini dibangun oleh Lockheed Martin Corp, dengan perencanaan Angkatan Udara untuk membeli sekitar 280.
Para pejabat AS juga mengatakan sebagian dari USD 75 miliar juga akan digunakan untuk pelatihan dan memperlengkapi pasukan Irak dan gerilyawan di Suriah untuk melawan ISIS. Direktur Badan Intelijen Pertahanan Letnan Jenderal Vincent Stewart telah memperingatkan pada Senin (8/2) lalu soal ekspansi kelompok gerilyawan ke Libya, Semenanjung Sinai Mesir, Nigeria, Aljazair dan di tempat lainnya.
AS memang memiliki pangkalan militer di Afrika, dan sebagian besar berpusat di Djibouti. Pasukan ISIS saat ini tengah menyerang infrastruktur minyak Libya dan menguasai Kota Sirte, mengeksploitasi kekosongan kekuasaan di saat dua kelompok pemerintah tengah bersaing untuk untuk mendapatan supremasi kekuasaan. (tfq/fdn)