Seperti dilansir Reuters, Rabu (3/1/2016), pria Kanada bernama Robert Somerville ini ditahan di bandara Brisbane, pada Selasa (2/2) waktu setempat. Penahanan ini dilakukan setelah Robert memberitahu petugas imigrasi setempat bahwa dirinya menghabiskan waktu selama 7 bulan pada tahun 2015 lalu, untuk bertempur bersama milisi Kurdis Suriah, YPG.
Disampaikan ayah pria ini, Richard, anaknya merupakan tentara veteran dan pernah ditugaskan di Afghanistan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Robert dikabarkan akan dideportasi ke Kanada. Namun Departemen Imigrasi dan Otoritas Perbatasan Australia enggan mengomentari kasus ini.
"Dasar pembatalan visa untuk saat ini belum jelas. Mungkin diwarnai alasan politis dan masih bisa dibantah," terang pengacara Robert di Melbourne, Jessie Smith, kepada media setempat, Australian Broadcasting Coporation (ABC).
Australia memberlakukan reformasi aturan keamanan sejak tahun 2014, yang didasari atas kekhawatiran banyaknya warga yang pergi di Irak dan Suriah untuk bertempur. Diperkirakan sekitar 110 warga Australia kini terlibat konflik di kedua negara tersebut.
Sesuai aturan hukum yang berlaku di negara tersebut, merupakan perbuatan melanggar hukum bagi warga Australia untuk mendukung kelompok bersenjata di Suriah dan mereka yang terbukti melanggar aturan itu terancam hukuman maksimal penjara seumur hidup, begitu kembali ke Australia.
Milisi Kurdi Suriah atau yang biasa disebut YPG telah menjadi mitra utama koalisi pimpinan AS dalam melawan ISIS. Beberapa warga negara asing, termasuk dari Eropa dan AS, telah bergabung dengan YPG dalam melawan ISIS.
(nvc/ita)











































