3.500 Orang Jadi Budak ISIS di Irak, Kebanyakan Wanita dan Anak-anak

3.500 Orang Jadi Budak ISIS di Irak, Kebanyakan Wanita dan Anak-anak

Novi Christiastuti - detikNews
Selasa, 19 Jan 2016 18:35 WIB
3.500 Orang Jadi Budak ISIS di Irak, Kebanyakan Wanita dan Anak-anak
Ilustrasi (Rodi Said/REUTERS)
Baghdad - Diperkirakan 3.500 orang dijadikan budak oleh militan radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) di wilayah Irak. Dari jumlah tersebut, sebagian besar merupakan wanita dan anak-anak.

Disampaikan PBB dalam laporannya, seperti dilansir Reuters, Selasa (19/1/2016), ISIS mendalangi serangkaian tindak kekejaman yang meluas tidak hanya di Irak tapi juga di Suriah. Meskipun mengalami kemunduran di Irak dan Suriah, ISIS masih menguasai sejumlah besar wilayah kedua negara tersebut.

"Dalam beberapa kasus, mengarah pada kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan mengarah pada genosida," demikian bunyi laporan PBB itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

(Baca juga: ISIS Bantai 300 Warga dan Culik 400 Orang di Kota Deir Ezzor Suriah)

Kantor HAM PBB dan Misi Pendampingan PBB untuk Irak dalam laporan itu memperkirakan sedikitnya 3.500 orang masih ditahan oleh ISIS, hingga saat ini. "Ditahan dalam perbudakan oleh ISIL," sebut laporan PBB merujuk pada nama lain ISIS.

"Mereka yang ditahan (ISIS) didominasi oleh wanita dan anak-anak dan yang sebagian besar berasal dari komunitas Yazidi, tapi beberapa berasal dari kelompok etnis dan minoritas agama lainnya," imbuh laporan gabungan yang dirilis PBB di Jenewa, Swiss tersebut.

Laporan PBB itu merinci berbagai eksekusi mati keji yang selama ini dilakukan ISIS, mulai dari penembakan, pemenggalan, melindas korban dengan buldoser, membakar korban hidup-hidup, hingga melempar korban dari atap gedung bertingkat.

(Baca juga: Situasi di Madaya Suriah Memburuk, 5 Warga Tewas Kelaparan)

Disebutkan juga dalam laporan itu, PBB memiliki informasi soal pembunuhan sejumlah tentara anak oleh ISIS serta laporan terverifikasi soal penculikan 800-900 anak-anak di Mosul, Irak untuk diberi pelatihan militer dan keagamaan.

"Bahkan jumlah korban tewas secara kasar saja gagal merefleksikan secara akurat soal bagaimana buruknya penderitaan warga sipil di Irak. Angka-angka ini mencatat mereka-mereka yang tewas atau terluka akibat kekerasan keji, namun masih banyak lainnya yang tak terhitung yang tewas karena kurangnya akses pada makanan, air maupun layanan medis," sebut Kepala HAM PBB, Zeid Ra'ad Al Hussein.

(nvc/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads