Disampaikan CEO SpaceX, Elon Musk, seperti dilansir CNN, Senin (18/1/2016), roket tak berawak gagal mendarat dengan tegak di atas landasan yang mengapung bernama droneship. Musk memposting video meledaknya roket SpaceX usai mendarat ini di akun Instagram. Terlihat dalam video singkat tersebut, roket setinggi 22 lantai ini berhasil mendarat dengan perlahan di landasan, namun kemudian ambruk ke salah satu sisi dan meledak hebat.
Pihak perusahaan SpaceX awalnya menduga roket itu mengalami pendaratan keras. Setelah dianalisis lebih lanjut, ternyata salah satu kaki roket tersebut gagal mencengkeram landasan dengan sempurna, sehingga posisi roket tidak seimbang sebelum akhirnya jatuh ke salah satu sisi dan meledak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Peluncuran pada Minggu (17/1) waktu setempat ini merupakan upaya keempat yang dilakukan SpaceX untuk melakukan pendaratan dengan selamat di lautan. Tiga peluncuran sebelumnya gagal dilakukan, meskipun SpaceX berhasil melakukan pendaratan salah satu roket Falcon 9 di daratan, usai diluncurkan dari Pangkalan Udara Cape Canaveral, Florida pada Desember 2015.
Roket merupakan bagian penting dari pesawat luar angkasa yang memberikan dorongan besar saat lepas landas. Namun biasanya roket langsung dibuang usai peluncuran. Perusahaan seperti SpaceX tengah berusaha menyempurnakan pendaratan roket dengan selamat agar roket itu bisa digunakan kembali.
Biaya produksi roket tidak murah, harga roket SpaceX sendiri berkisar antara US$ 60 juta - US$ 90 juta (Rp 835 miliar - Rp 1,2 triliun). Kemampuan roket untuk bisa digunakan kembali atau digunakan lebih dari sekali akan mengurangi biaya.
![]() |
Peluncuran roket yang dilakukan SpaceX pada Minggu (17/1) waktu setempat, dilakukan untuk membawa satelit NASA bernama Jason-3 yang berfungsi mengukur kedalaman lautan di permukaan bumi. Peluncuran dilakukan dari Pangkalan Udara Vandenberg di California, Amerika Serikat.
"Data Jason-3 akan digunakan untuk memantau peningkatan kedalaman laut global, kemudian untuk penelitian dampak manusia terhadap lautan, membantu memprediksi intensitas badai, dan membantu operasional navigasi kelautan," jelas NASA dalam pernyataannya.
NASA bermitra dengan beberapa organisasi dalam proyek ini, termasuk dua badan antariksa Eropa.
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini