"Ini pertama kalinya saya merasa ketakutan ketika tengah berlibur," tutur seorang turis asal Prancis, Nathalie Julien, yang tengah berlibur ke Istanbul, seperti dilansir AFP, Rabu (13/1/2016).
"Saya tidak percaya hal seperti ini terjadi di sini, di jantung kota Istanbul. Rasanya seperti Anda diundang ke rumah seseorang, diperlakukan dengan sangat baik, dan tiba-tiba, Anda diserang. Saya hanya ingin pulang ke rumah sekarang, menakutkan," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Otoritas Turki memastikan 10 orang, yang sebagian besar warga Jerman, tewas akibat ledakan yang dipicu bom bunuh diri tersebut. Sedangkan sekitar 15 orang lainnya mengalami luka-luka, termasuk beberapa di antaranya turis asal Jerman dan Norwegia.
Ledakan ini terjadi di distrik wisata Sultanahmet yang ramai turis asing. Warga Jerman sendiri tergolong sering berlibur ke Turki. Tercatat pada November 2015, ada sekitar 258.613 turis Jerman yang berlibur ke Turki. Sedangkan antara Januari hingga November tahun lalu, terdapat sekitar 5,4 juta warga Jerman berlibur ke Turki.
Beberapa turis yang masih mengunjungi museum dan restoran beberapa jam usai ledakan terjadi pada Selasa (12/1) waktu setempat, mengaku masih terkejut. Pasangan turis asal Republik Ceko, Zdenek dan Eva yang sama-sama berusa 60 tahun, mengaku berniat menghabiskan hari dengan bermalas-malasan di area sekitar Sultanahmet, namun mereka malah mendengar suara ledakan keras yang membuat orang-orang panik.
"Saya pernah datang ke Istanbul sebelumnya, beberapa kali, dan selalu berpikir bahwa tempat ini sangat aman, tapi tampaknya kini tidak ada tempat yang aman lagi," tutur Zdenek.
(Baca juga: Sekjen PBB Sebut Bom Bunuh Diri Istanbul Kejahatan Keji)
Sedangkan seorang turis yang juga mahasiswa asal Hungaria, Adrienn Martin, menyebut dirinya beruntung memilih mengunjungi Grand Bazaar dengan kekasihnya, dan bukan nongkrong di sekitar Lapangan Sultanahmet, dekat hotelnya. Wanita 28 tahun ini mengaku dua kali lolos dari insiden mematikan setelah lolos dari tsunami tahun 2004 saat berlibur ke India. "Saya takut. Itu bisa saja kami," ucapnya.
Turis lainnya asal Australia, Stefan, mengaku ragu untuk kembali mengunjungi Istanbul usai insiden ini. "Saya baru saja keluar dari hotel ketika saya mendengar ledakan. Saya pikir hotel kami dibom. Melihat semua berita, saya ragu untuk berkunjung ke Istanbul karena risiko teror. Ketakutan saya menjadi nyata," ujarnya.











































