Nasib Muslim Sunni di Negeri Syiah Iran

Nasib Muslim Sunni di Negeri Syiah Iran

Sapto Pradityo - detikNews
Selasa, 05 Jan 2016 11:33 WIB
Foto: FT
Teheran -

Hari Jumat adalah hari yang pedih dan getir bagi Hassan Amini, 69 tahun. Hari itu selalu mengingatkan Hassan betapa dia dan teman-temannya harus hidup menanggung penghinaan.

Sebagai seorang ulama Sunni di Kota Sanandaj, Provinsi Kurdistan, Iran, Hassan tak diperkenankan naik ke podium dan memberikan khotbah Jumat di masjid kampungnya sendiri. Siapa khatib salat Jumat pada hari itu sudah ditunjuk oleh penguasa Iran di Teheran. Sudah tentu sang pengkhotbah bukan seorang muslim Sunni.

Padahal ada ratusan masjid dengan mayoritas jemaah muslim Sunni di Sanandaj. "Ada sekitar 250 masjid Sunni di Sanandaj," kata Hassan, kepada FT, beberapa waktu lalu. Di negara Syiah seperti Iran, Hassan dan teman-temannya memang bukan penduduk mayoritas. Dari sekitar 80 juta penduduk Iran, ditaksir ada 10 juta muslim Sunni. Menurut data dari pemerintah Iran, ada 47.291 masjid Syiah dan 10.344 masjid Sunni di Negeri Seribu Mullah.

Bagi Hassan dan jutaan muslim Sunni, Iran adalah tanah tumpah darahnya. Sama halnya Arab Saudi bagi dua jutaan muslim Syiah di wilayah timur kerajaan kaya raya minyak itu. Tapi tak cuma di zaman Shah Reza Pahlavi, setelah Revolusi Iran pada 1979, nasib muslim Sunni tak banyak berubah.

Pada 2009, Human Rights Watch menerbitkan laporan panjang soal rupa-rupa diskriminasi terhadap muslim Syiah di Arab Saudi. Menteri pertama Saudi dari komunitas Syiah baru ditunjuk satu setengah tahun lalu. "Sudah sekian lama hak-hak mereka dirampas dan diperlakukan seperti warga kelas dua," kata Kamel al-Wazne, peneliti asal Lebanon.

Senasib dengan muslim Syiah di Arab Saudi, muslim Sunni di Iran juga terus mendapat perlakuan diskriminatif. Mereka "tak berdaulat" di masjidnya sendiri. Bahkan beberapa masjid Sunni ditutup pemerintah Iran. Saeed, seorang muslim Sunni di Punak, Teheran, menuturkan kepada Observers, bertahun-tahun dia dan komunitasnya beribadah dengan damai hingga pada 2011, polisi Iran datang untuk menutup masjid mereka.

Muslim Sunni di kota Zahedan, Iran/Iran Traveling Center


Mereka mengalihkan ibadah ke tempat lain, tapi pertengahan tahun lalu, polisi kembali datang dan menutupnya. "Ada banyak pejabat garis keras yang tak peduli dengan hak asasi manusia. Beberapa muslim Syiah garis keras percaya bahwa kami tak punya hak untuk mendirikan tempat ibadah di negara Syiah," kata Saeed.


Padahal Pasal 12 dan 13 Undang-Undang Dasar Iran memberikan jaminan kepada muslim dan umat Kristen dari semua aliran, bahkan Yahudi dan Zoroaster, bebas menjalankan ibadahnya. Presiden Hassan Rouhani juga pernah berjanji akan menghapus rupa-rupa diskriminasi terhadap muslim Sunni dan kelompok minoritas lain. Tapi, di lapangan, janji itu tak gampang dipenuhi.

Sangat langka muslim Sunni duduk di pemerintahan Iran. "Tak ada muslim Sunni di kementerian-kementerian dan kantor kedutaan Iran.... Dan tak ada muslim Sunni menjabat posisi penting, seperti gubernur," kata Mohammad Hussein Gorgi, ulama Sunni dari Azadshahr, kepada Al-Jazeera. "Padahal bukan berarti tak ada muslim Sunni yang mampu dan layak menduduki posisi itu, tapi tak ada kepercayaan terhadap mereka."

Ketika di Irak, Suriah, dan Yaman terjadi perang bermotif Syiah melawan Sunni, komunitas muslim Sunni di Iran kena getahnya. Intel-intel Kementerian Intelijen makin ketat mengawasi aktivitas mereka. Tak sedikit aktivis muslim Sunni yang harus menginap di balik jeruji besi. Pelapor Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Iran menulis, ada 150 aktivis Sunni yang dipenjara lantaran kegiatan mereka.

Mahmoud Alavi, Menteri Intelijen Iran, membantah tudingan bahwa pemerintah Iran memperlakukan muslim Sunni tak setara dengan muslim Syiah. "Kita semua orang Iran dan bersaudara," kata Mahmoud, di muka ulama-ulama Sunni di Sistan-Baluchistan, seperti dikutip Teheran Times, akhir Oktober 2015.

Perempuan Iran/TabletMag


Sang pemimpin spiritual Iran, Ayatullah Ali Khamenei, mengingatkan perlunya persatuan muslim Syiah dan muslim Sunni. "Muslim Sunni dan Syiah tak seharusnya membantu musuh dengan saling menghina kesucian ajaran masing-masing.... Siapa pun yang membakar permusuhan Sunni-Syiah, dia membantu Amerika Serikat, setan Inggris, dan rezim Zionis," kata Khamenei seperti dikutip Al-Monitor.

Halaman 2 dari 2
(sap/hbb)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads