Berdasarkan informasi dari Iranian Students News Agency (ISNA), seperti dilansir AFP, Minggu (3/1/2016), kejadian tersebut terjadi pada Sabtu (2/1) beberapa jam usai eksekusi Nimr. Massa merusak interior gedung dan api sempat terlihat dari dalam gedung kedutaan.
Sebagian massa juga sempat menurunkan bendara Arab Saudi di kedutaan tersebut. Kini, aksi sudah mereda setelah polisi berdatangan dan membubarkan demonstran. Sebagian ada yang ditangkap.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Massa Memprotes Eksekusi Mati Ulama Syiah
|
Foto: AFP Foto
|
Penyerangan dilakukan beberapa jam setelah Arab Saudi mengeksekusi Nimr. Mayoritas Syiah di Iran dan Irak juga disebutkan ISNA, mengecam eksekusi tersebut
Api Terlihat di Kedubes Arab Saudi
|
Foto: AFP Foto
|
Sebelum akhirnya berhasil dibubarkan polisi, massa sempat memanjat atap kedutaan. Beredar pula foto-foto di mana para demonstran mencengkeram bendera Saudi yang berhasil mereka turunkan.
Beberapa Pendemo Ditangkap
|
Foto: AFP Foto
|
Nimr merupakan ulama terkemuka yang mempunyai pengaruh besar di kalangan warga Syiah Iran dan Irak. Ia diketahui belajar Teologi di Iran lebih dari satu dekade.
Uni Eropa Khawatir
|
Foto: AFP Foto
|
"Kasus spesifik Syekh Nimr al-Nimr menimbulkan perhatian serius terkait kebebasan berekspresi dan penghormatan sipil mendasar serta hak politik. Ini harus dilindungi dalam setiap kondisi, juga dalam kerangka perang melawan terorisme," kata kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Federica Mogherini dalam pernyataannya, Sabtu (2/1) sebagaimana dilansir AFP, Minggu (3/1/2016).
Hubungan Iran-Saudi Memanas
|
Foto: AFP Foto
|
Sebaliknya, Arab Saudi menyebut Iran tak tahu malu karena telah mensponsori terorisme namun menuduh orang lain mendukung tindakan terorisme. Iran juga disebut telah merusak stabilitas regional dengan mengeluarkan statemen yang dapat menimbulkan pertikaian diplomatik.
"Rezim Iran adalah rezim terakhir di dunia yang bisa menuduh orang lain mendukung terorisme, mengingat bahwa (Iran) adalah negara yang mensponsori teror, serta dikutuk oleh PBB dan banyak negara," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Arab Saudi dalam pernyataan ke kantor berita resmi SPA, seperti dikutip dari AFP, Minggu (3/1/2016).











































