Kabar meninggalnya Madame Claude dipastikan AFP setelah salah seorang reporter mereka melihat langsung sertifikat kematian wanita 92 tahun tersebut. Disebutkan, Claude menghembuskan nafas terakhirnya pekan lalu di sebuah resor di Nice setelah mendapat perawatan cukup lama di rumah sakit.
Seiring dengan merebaknya kabar duka tersebut, sejumlah media mulai menulis kembali masa lalunya sebagai seorang pemilik rumah bordil kelas atas di Paris saat era tahun 1960an. Dia disebut AFP memiliki hampir 500 'anak buah' yang bertarif ribuan dolar per malam. Para wanita yang bekerja untuknya adalah para model dan aktris gagal yang disebut dengan nama 'Claudettes'. Sementara Claude lebih sering menyebut mereka dengan 'swan'. Dia menghindari istilah 'prostitute' karena dianggap menjijikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagaimana cara Claude membangun bisnisnya masih menjadi misteri. Ada dua catatan soal kehidupannya, namun sangat sulit untuk memeriksa akurasinya. Namun dari banyak kisah terungkap, dia merekrut anak buahnya dari berbagai latar belakang, mulai dari wanita pendatang, mahasiswa yang mencari uang tambahan sampai ibu rumah tangga yang mencari 'petualangan'.
AFP juga menyebut, Claude memiliki klien yang disebutnya dengan istilah 'teman', mulai dari pemimpin dunia hingga tokoh terkenal, seperti mantan presiden AS John F Kennedy, mantan pemimpin Libya Muammar Khadafi dan aktor Marlon Brando.
"John Kennedy pernah meminta wanita yang mirip dengan Jackie (istrinya) tapi lebih 'hot'," tulis penulis majalah Vanity Fair berdasarkan wawancara ekslusif dengan Madame Claude pada tahun 80-an.
"Ada juga cerita tentang bagaimana CIA menyewa Claude untuk menjaga moral para peserta perundingan damai di Paris," tulis majalah tersebut.
Salah satu kutipan para pemimpin dunia kepada anak buah Claude yang sempat tercatat adalah: "Kamu dan saya bekerja di dunia yang sama. Kita harus tersenyum meskipun kita tidak suka".
"Dia membawa banyak rahasia negara. Dia adalah seorang legenda," cerita mantan kepala kepolisian Prancis, Claude Cances.
Menurut Cances, Claude adalah seorang informan kepolisian Prancis sejak tahun 1960-an. Karena itu, dia dilindungi dari berbagai tuntutan.
Claude mendapat penghasilan cukup besar dari bisnis haram tersebut. Pada tahun 1975, kantor pajak Prancis mencatat, pendapatan Claude bisa mencapai 100 ribu sampai 140 ribu Francs per bulan. Angka yang cukup besar bila dikonversi dengan situasi ekonomi sekarang.
Sempat tak diganggu oleh kepolisian Prancis, pada tahun 1974, angin pun berubah. Claude diminta membayar pajak dengan tagihan cukup fantastis, 11 juta Francs.
Pada tahun 1977, dia memutuskan terbang ke Amerika Serikat dan tinggal di Los Angeles. Dia sempat membuat usaha pastry, dan diduga juga membuat bisnis prostitusi kecil-kecilan. Pada tahun 1980-an, dia kembali ke Prancis dan membeli sebuah lahan pertanian. Akhirnya dia ditangkap kepolisian karena mengemplang pajak dan masuk bui.
Setelah dilepaskan, Claude sempat kembali ke Paris dan berharap membangun bisnisnya kembali, dimulai dengan 20 'swan'. Namun pada tahun 1992, dia ditangkap kembali, dan menghabiskan waktu di penjara selama enam bulan sambil menunggu persidangan. Dia akhirnya dinyatakan bersalah dan didenda 6 juta Francs.
Kerap muncul di persidangan, kisahnya jadi daya tarik penulis buku dan pembuat film. Beberapa judul yang berhubungan dengan kisahnya adalah "Madame Claude" atau dikenal di AS dengan judul 'The French Woman'.
Meski terkenal, Claude tidak disukai oleh para aktivis perempuan. Bahkan salah seorang artis yang memerankan filmnya, Francoise Fabian, menyebut Claude menjadikan para anak buahnya sebagai 'budak'.
"Sekali dia mendapatkan gadis, perubahan terhadap gadis itu membuat mereka terbelit hutang, karena Claude yang membayar semua tagihan," ucap Fabian kepada AFP. (mad/nwk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini