Dalam wawancara dengan program televisi ABC's "Good Morning America" seperti dilansir Reuters, Rabu (9/12/2015), Trump menyebut gagasannya tidak lebih buruk dari kebijakan FDR yang mengasingkan lebih dari 110 ribu warga keturunan Jepang-Amerika di kamp pemerintah AS, setelah militer Jepang mengebom Pearl Harbor pada 7 Desember 1941 silam.
"Apa yang saya lakukan tidak berbeda jauh dengan FDR," sebut Trump dalam wawancara itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan dalam wawancara dengan program ABC's "World News Tonight" Trump menjelaskan bahwa larangan ini akan diberlakukan dalam jangka pendek. Menurutnya, larangan ini bisa dicabut sangat cepat jika AS segera berbenah untuk mengatasi ancaman teror. Trump juga mempertahankan pendapatnya dalam wawancara dengan media AS lainnya, seperti MSNBC dan CNN.
Franklin Delano Roosevelt atau yang biasa dikenal dengan sebut FDR merupakan Presiden AS ke-32 yang menjabat untuk periode 1933-1945 lalu. FDR memimpin AS melewati masa depresi ekonomi dunia dan juga masa-masa perang.
Dalam kampanye di South Carolina, Trump mencetuskan gagasan untuk melarang seluruh warga muslim untuk masuk ke wilayah AS. Tim kampanye Trump menambahkan, bahwa larangan ini akan diberlakukan untuk semua warga muslim yang hendak masuk ke AS, mulai dari mahasiswa hingga wisatawan. Komentar Trump ini menanggapi penembakan brutal di San Bernardino, California yang didalangi suami-istri muslim dan menewaskan 14 orang.
Seruan Trump itu menuai kritikan dan kecaman dari berbagai pihak, termasuk politikus maupun bakal capres dari Partai Republik sendiri. Bakal capres Republik, Jeb Bush, yang merupakan adik mantan presiden George W Bush menyebut Trump tidak waras.
(nvc/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini