"Banyak orang Australia belajar bahasa Indonesia, nah ini menurun," demikian diungkapkan Konsul Jenderal RI di Melbourne, Dewi Savitri Wahab.
Dewi diwawancara detikcom dan RCTI, yang ke Australia atas undangan Australia Plus ABC International, di suatu acara perayaan 17 Agustus yang diadakan komunitas Indonesia di Geelong, Victoria, pada September 2015 lalu. Β
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Menurut data KJRI di Melbourne per September 2015 lalu, ada 81 sekolah SD-SMA yang menjadikan bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran wajib. Total pelajar dan mahasiswa Australia di Victoria yang belajar bahasa Indonesia adalah 54 ribu orang.
Lantas kenapa tren belajar bahasa Indonesia itu menurun?
"Memang kan gini, banyak orang tetap belajar bahasa China, menurunnya juga karena anggaran karena pemerintah Victoria memotong anggaran untuk guru-guru yang jauh kaya di Geelong ini, agak susah cari guru-guru," jawab dia.
Namun, tren penurunan minat belajar bahasa Indonesia yang diutarakan Dewi itu tak diamini oleh Gregory Fealy, Associate Professor dan dosen senior bidang politik Indonesia dari Departemen Politik dan Perubahan Sosial, Bell School of Asia-Pacific Affairs Australia National University (ANU) College of Asia and the Pacific, Canberra.
"Ada sebagian universitas di Australia yang sudah lama punya kursus bahasa Indonesia dan jumlah mahasiswanya sedang naik. Misalnya di universitas saya ANU, dalam 5 tahun terakhir jumlah mahasiswa untuk tahun pertama yang masuk meningkat terus, tahun ini sekitar 55 mahasiswa baru. Padahal 4-5 tahun lalu hanya sekitar 30 mahasiswa," tutur Greg, panggilannya.
Greg ditemui detikcom di sela-sela acara OzAsia Festival di Adelaide, South Australia, pada September 2015 lalu.
![]() |
"Di universitas Sydney yang saya dengar, di universitas Melbourne juga naik. Jadi itu saya kira tergantung pada universitas dan juga negara bagian. Beberapa negara bagian yang tidak mendukung bahasa Indonesia dan di sana ya memang mungkin menurun," imbuhnya.
Lantas, kala dicecar faktor kenaikan tren belajar bahasa Indonesia, Greg mengatakan ada pengaruh dari kebijakan pemerintah federal Australia. Pemerintah Federal, imbuhnya, sangat pro Asia.
![]() |
"Mereka (Pemerintah Federal) mereka mendorong mahasiswa belajar bahasa Asia. Ada program New Colombo Plan, dengan program itu mereka bisa tinggal di negara Asia, ada cukup beasiswa bagi pemerintah yang lumayan royal jadi salah satu faktor yang meningkatkan minat mahasiswa untuk belajar bahasa Indonesia dan Asia lain," tutur Greg dengan bahasa Indonesia yang fasih.
Selain itu, lanjut dia, mungkin juga karena kampus-kampus di Australia sekarang sangat mempromosikan kursus bahasa Indonesia. Termasuk SMP-SMA di Australia memiliki program untuk menarik perhatian siswa-siswinya untuk belajar bahasa Indonesia.
Apakah minat belajar bahasa Indonesia di Australia tak sebesar minat belajar bahasa Mandarin?
"Bahasa Mandarin masih sangat populer, Jepang juga populer. Tapi bahasa yang sedikit pendaftarnya itu Vietnam, sekarang hadapi krisis karena jumlah mahasiswa yang masuk kursusnya kecil sekali. Untuk bahasa Indonesia, Mandarin, dan sebagainya tetap lumayan kuat," jawabnya.
Motif para pelajar Australia belajar bahasa Indonesia, menurut dia, macam-macam. Ada yang pernah ke Indonesia dan tertarik lebih jauh mengetahui budaya dan bahasa Indonesia, ada juga yang motifnya untuk mengejar karir di Indonesia.
"Mereka anggap sangat mungkin ada pekerjaan di Indonesia, banyak perusahaan Australia yang investasi ke Indonesia dan mungkin ada kesempatan bagi mereka di sana. Di Australia masih banyak tempat untuk ahli Indonesia, pemilu, pertahanan, intelijen. Jadi menurut saya masih cukup prospektif cari pekerjaaan di Indonesia, bahasa Indonesia dan politik Indonesia, antropologi dan sebagainya," tandas doktor asal Universitas Monash dengan riset partai politik Islam di Indonesia ini.
Baca terus fokusΒ Jelajah Australia, dan ikutiΒ Hidden Quiz-nya!
Halaman 2 dari 1