Seperti dilansir Reuters, Selasa (24/11/2015), peringatan waspada ini dirilis menjelang liburan Thanksgiving di AS, di mana jutaan warga AS bersiap untuk pulang ke kampung halaman masing-masing dan mengunjungi keluarga mereka di wilayah lain.
Menurut Departemen Luar Negeri AS, para pelaku serangan bisa saja menargetkan kepentingan pemerintah maupun swasta. Ditegaskan Departemen Luar Negeri AS, pihaknya tidak secara langsung melarang warganya untuk bepergian, namun meminta mereka untuk lebih waspada.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Informasi terbaru menunjukkan bahwa kelompok itu (Islamic State of Iraq and Syria/ISIS), Al-Qaeda, Boko Haram dan kelompok teroris lainnya terus merencanakan serangan teror di berbagai wilayah," demikian pernyataan Departemen Luar Negeri AS.
Meskipun tidak secara langsung menyebut serangan teror Paris pada 13 November lalu yang diklaim ISIS, Departemen Luar Negeri AS menekankan bahwa kelompok militan yang dimaksud telah melakukan serangan di Prancis, Nigeria, Denmark, Turki dan Mali selama beberapa tahun terakhir.
"Pemerintah meyakini kemungkinan serangan teror akan berlanjut ketika anggota kelompok itu (ISIS) kembali dari Suriah dan Irak. Ditambah lagi, ada ancaman berkelanjutan dari orang-orang tak terafiliasi yang merencanakan serangan karena terinspirasi organisasi teroris besar namun melakukannya sendiri," demikian peringatan Departemen Luar Negeri AS.
Sementara itu, otoritas Prancis dan Belgia terus melakukan perburuan besar-besaran terhadap orang-orang yang diyakini terlibat teror Paris. Perburuan kini fokus pada Salah Abdeslam (26), pria asal Belgia diyakini terlibat serangan dan masih buron.
(nvc/ita)











































