Footy punya nama alias Australian Rules Footbal atau Aussie Rules, yang dipelopori oleh Tom Wills, seorang warga Australia yang baru kembali belajar dari Inggris tahun 1857. Tom yang adalah kapten rugby di sekolahnya dan pemain kriket menggagas permainan footy di musim dingin untuk menjaga pemain kriket tetap fit.
Tak heran olahraga ini seperti perpaduan rugby dan sepakbola. Bolanya elips seperti bola rugby, namun pemain berlarian di lapangan memperebutkan bola dengan cara menendang, membawa dan memukul (bukan melempar) seperti dalam voli. Tak ada aturan offside dan kontak fisik diizinkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
(Foto: Nograhany WK) |
Australian Football League (AFL) adalah satu-satunya kompetisi paling bergengsi di Australia dengan puncak penyelenggaraan tahunan AFL Grand Final. AFL kini diikuti 18 klub se-Australia: 10 dari negara bagian Victoria, dan masing-masing dua klub dari negara bagian Western Australia, Southern Australia, New South Wales dan Queensland.
detikcom sempat menyaksikan pertandingan footy dalam Australian Football League (AFL) dalam pertandingan Hawthorn versus Carlton, dua klub footy yang berbasis di Melbourne, Victoria di stadium Melbourne Cricket Ground (MCG) pada September 2015 lalu.
Orang-orang yang menonton footy memakai atribut klub yang didukungnya, seperti jersey, syal hingga penutup kepala. Pendukung Hawthorn memakai atribut dengan warna klub kuning dan coklat, sedangkan pendukung Carlton memakai atribut klub berwarna biru. Anak-anak, bahkan balita dan bayi, yang dibawa orangtuanya menonton pun dipakaikan baju berwarna klub favorit orang-tuanya.
Warga Melbourne membawa serta anak-anak mereka menonton footy (Foto: Nograhany WK) |
Olahraga footy tampaknya sudah mendarah daging bagi warga Australia, seperti yang dinyatakan oleh salah satu suporter Carlton, Jayde dan Shane.
"Ini sangat Australia, semua orang mencintainya," tutur Shane.
"Saya nonton sejak saya lahir. Ibu dan ayah saya yang mengajak. Paman saya dulu suka memainkan footy. Sangat mengasyikkan, sangat menyenangkan," timpal Jayde.
Soal fanatisme pendukung klub, Jayde mengakui kadang ada saja antar pendukung yang ribut, namun sangat jarang dan tak bisa disamaratakan.
Di dalam stadion, warga menikmati pertandingan ini dengan minum bir dan makan pie daging.
Seorang penonton footy makan pie daging kala menonton footy (Foto: Nograhany WK) |
Bir dan pie daging adalah pasangan serasi menonton AFL seperti dikatakan Diversity Manager AFL Ali Fahour.
"Saya pikir sangat ikonik untuk budaya Australia, AFL yang sudah diadakan bertahun-tahun, pie daging dan minum bir adalah bagian dari pertandingan ini," tutur Ali saat diwawancara detikcom dan RCTI atas undangan Australia Plus ABC International di Etihad Stadium, Melbourne, September 2015 lalu.
Ali sendiri adalah seorang muslim, dan mempromosikan bahwa bagi warga muslim atau yang tak minum bir, ada area kering (dry area) di setiap stadion pertandingan AFL.
Diversity Manager AFL Ali Fahour (Foto: Nograhany WK) |
"Orang-orang memang sangat suka minum kala menonton pertandingan, namun ada dry area, bagi mereka yang menonton dengan keluarga, tak ada alkohol," jelas Ali.
Kefanatikan orang Australia pada pertandingan ini tampak pula pada hari-hari menjelang Grand Final AFL yang dihelat 3 Oktober 205 lalu. Untuk pertama kalinya, sehari menjelang Grand Final, 2 Oktober 2015 yang jatuh pada hari Jumat, menjadi hari libur publik di Victoria pada tahun ini.
Grand Final AFL yang dihelat di Melbourne adalah klub juara bertahan Hawthorn, dari negara bagian Victoria versus West Coast Eagles dari Western Australia. Maka kemeriahan itu terbangun dari TV yang menyiarkan para suporter Eagles yang jauh-jauh datang dari Perth di sebelah pantai barat ke Melbourne di sebelah tenggara benua kangguru.
Media memberitakan suporter bermigrasi dari Perth di pantai barat Australia, ke Melbourne di pantai timur demi mendukung klubnya. (Foto: Nograhany WK) |
Warga yang berlalu lalang di Melbourne sudah mulai memakai atribut-atribut klub -syal, topi, jersey- baik klub Hawthorn maupun Eagles. Iklan-iklan Grand Final AFL juga terpasang besar di Melbourne Visitor Center dan billboard.
Iklan Grand Final AFL yang tertempel di Melbourne Visitor Center (Foto: Nograhany WK) |
Pengumuman pelayanan publik jelang Grand Final AFL juga terpasang di Flinders Street Station.
Pengumuman pelayanan publik pada hari libur publik jelang Grand Final AFL di Flinders Street Station (Foto: Nograhany WK) |
Juga di monitor display suatu halte trem di Melbourne.
Pemberitahuan tentang pelayanan trem pada hari libur publik jelang Grand Final AFL (Foto: Nograhany WK) |
"Ini susah digambarkan, banyak kegairahan, antusiasme, kecuali Anda merasakan sendiri hari spesial itu dan Anda bisa menggambarkannya. Semua orang membicarakan hari yang istimewa itu, hari yang istimewa untuk setiap orang," ujar Ali kala diminta mendeskripsikan hari di mana Grand Final AFL digelar.
Baca terus fokus Jelajah Australia, dan ikuti Hidden Quiz-nya!
(nwk/nrl)












































(Foto: Nograhany WK)
Warga Melbourne membawa serta anak-anak mereka menonton footy (Foto: Nograhany WK)
Seorang penonton footy makan pie daging kala menonton footy (Foto: Nograhany WK)
Diversity Manager AFL Ali Fahour (Foto: Nograhany WK)
Media memberitakan suporter bermigrasi dari Perth di pantai barat Australia, ke Melbourne di pantai timur demi mendukung klubnya. (Foto: Nograhany WK)
Iklan Grand Final AFL yang tertempel di Melbourne Visitor Center (Foto: Nograhany WK)
Pengumuman pelayanan publik pada hari libur publik jelang Grand Final AFL di Flinders Street Station (Foto: Nograhany WK)
Pemberitahuan tentang pelayanan trem pada hari libur publik jelang Grand Final AFL (Foto: Nograhany WK)