Mereka yang Bersuara Melawan Islamfobia Setelah Teror Berdarah Paris

Mereka yang Bersuara Melawan Islamfobia Setelah Teror Berdarah Paris

Rachmadin Ismail - detikNews
Rabu, 18 Nov 2015 12:11 WIB
Mereka yang Bersuara Melawan Islamfobia Setelah Teror Berdarah Paris
Reuters
Jakarta - Seperti tragedi 9/11 di New York, teror berdarah di Paris kembali memunculkan Islamfobia di sejumlah negara. Ada yang menggeneralisasi aksi teroris dengan umat muslim. Namun ada yang berani bersuara untuk melawannya. Siapa saja?

Setidaknya ada empat kisah Islamfobia yang beredar setelah tragedi Paris. Ini terjadi di negara seperti Amerika Serikat, Australia, sampai Kanada. Beberapa ada yang menjadi korban, padahal tak terlibat apa-apa. Mereka diperlakukan tak sepatutnya hanya karena penampilan dan agama.

Berikut empat kisah Islamfobia yang dilawan dan beredar luas di media sosial dan media massa, seperti dihimpun detikcom, Rabu (18/11/2015):

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Tangis Sopir Taksi di New York

Seorang sopir taksi muslim di Paris tak mendapatkan penumpang setelah tragedi Paris. Begitu bertemu dengan Alex Malloy, dia menceritakan perlakuan orang-orang padanya dan membuat dunia terharu.

Alex (23) menceritakan kisah pertemuannya dengan pengemudi taksi muslim tersebut di akun media sosial. Saat itu, Alex adalah penumpang pertama sang sopir setelah seharian bekerja. Sang sopir langsung mengucapkan terima kasih dan meneteskan air mata.

"Allah, saya tidak percaya hal ini! Orang berpikir saya bagian dari ini (tragedi Paris). Padahal bukan. Tak ada yang mau menaiki taksi saya karena merasa tidak aman. Saya tidak bisa bekerja," kata sopir taksi tersebut seperti diceritakan ulang oleh Alex.

Sepanjang jalan, sang sopir taksi terus menangis, begitupun juga dengan Alex. "Sopir ini merasa jadi korban. Sepanjang jalan saya mengatakan padanya agar jangan merasa seperti itu. Kami senang dengan kehadirannya dan akan melakukan apa pun untuk melindunginya," tulis Alex.
twitter Alex

Kisah Alex ini menjadi viral di media sosial dan menggugah masyarakat lain untuk menyuarakan hal yang sama. Alex menyuarakan agar dunia menghentikan generalisasi terhadap muslim. Tak semua muslim pelaku teror.

"Tolong hentikan menggeneralisasi masyarakat dengan kejahatan ekstrimis. Mereka bukan musuh kita. Mereka adalah teman, tetangga dan sekutu. Tolong hentikan muslim ada masalahnya," ucap Alex.

2. Sopir Taksi Sydney

Seorang musisi Australia di kota Sydney telah melakukan pembicaraan yang mendalam dengan sopir taksi Muslim, dalam perjalanan menuju tujuannya. Pengalamannya ini ia posting di Facebook dan langsung mendapat respons luar biasa.

Darren Hanlon, musisi Australia yang dibesarkan di Gympie, Queensland, memulai karier musiknya di kota kecil Lismore, New South Wales. Kepada ABC, Darren mengaku perbincangannya dengan seorang sopir taksi Muslim telah membuatnya terharu.

"Ia mengaku kalau dirinya adalah seorang Muslim dan ia merasa kecewa dengan apa yang telah terjadi, terutama kekejaman yang terjadi atas nama agama," kata Darren.

"Saya tidak ingin menulis ini sebagai sebuah pernyataan," tulis Darren di akhir postingannya di Facebook. "Saya hanya ingin memberitahu Anda tentang percakapan singkat saya dengan sopir taksi Uber Muslim di kota Sydney, yang agamanya sedang mengalami cobaan."
facebook Darren

Tulisannya di Facebook tersebut telah disukai lebih dari 30.000 orang dan di-share sebanyak 7.000 kali dalam waktu kurang dari dua hari. Tentu saja postingannya tersebut telah mendapat banyak komentar, baik dukungan maupun cacian.

"Ini membuat air mata saya menetes melihat bagaimana hal tersebut telah dialami oleh orang-orang," imbuhnya.

3. Jubbal Korban Foto Editan

CNN Indonesia melaporkan, ada seorang pria bernama Veerender Jubbal --penganut Sikhisme, agama dari Punjab, India-- yang tinggal di Kanada menjadi korban aplikasi pengolah foto. Dia kemudian disebut-sebut sebagai pelaku aksi teror bom di Paris.

Jubbal, pria berjanggut yang sehari-hari memakai turban di kepalanya kala itu sedang berfoto selfie di kamar mandi menggunakan iPad. Entah bagaimana caranya, foto dirinya yang sudah diolah di Photoshop tersebar di dunia maya. Diperlihatkan Jubbal mengenakan rompi bom bunuh diri dan iPad yang ia genggam diubah menjadi gambar kitab Al-Qur'an.

Hasil rekayasa Photoshop itu langsung muncul di sejumlah media Eropa, termasuk di halaman depan surat kabar Spanyol, La Razon dan saluran televisi Italia. Foto olahan Photoshop Jubbal itu juga menggemparkan media sosial Twitter.

Kemudian Jubbal di dalam akun Twitternya, @Veeren_Jubbal, mengkonfirmasi bahwa foto yang tersebar itu merupakan hasil rekayasa. "Orang-orang mengolah foto selfie saya menggunakan Photoshop seakan-akan saya adalah salah satu dari pelaku tragedi di Paris," cuitnya.
Editan foto Jubbal

Netizen di Twitter lainnya juga sempat ramai menyemangati Jubbal. Pengguna @AmyStephen berkicau, "menggambarkan Veerender Jubbal sebagai teroris sama saja membebani hidupnya dan merusak reputasinya. Ini adalah terorisme online."

Ada pula yang berharap aksi penipuan rekayasa foto ini agar bisa ditindaklanjuti. "Harus ada konsekuensi hukum jika pemerintah bisa melacak oknum yang mengolah foto Jubbal dengan Photoshop dan menyebarnya di dunia maya," kicau pengguna bernama Dillon Rogers.

4. Gara-gara Bernama Isis

Gara gara namanya sama dengan kelompok teroris, gadis cantik ini bermasalah dengan Facebook. Akunnya tiba-tiba saja kena blokir oleh jejaring sosial buatan Mark Zuckerberg tersebut.

Nama sang gadis adalah Isis Anchalee. Wanita berusia 22 tahun yang berprofesi sebagai programmer ini curhat di Twitter bahwa akun Facebook miliknya mendadak tidak bisa diakses lagi. Alasannya karena dia diduga terkait dengan grup teroris.

"Facebook berpikir kalau aku adalah teroris. Mengirimkan pada mereka foto pasporku sepertinya tidak cukup bagi mereka untuk membuka kembali akunku," tulisnya di Twitter.

Facebook sepertinya mendengar keluhan Isis. Akhirnya, akunnya dibuka kembali setelah Isis melakukan berbagai upaya. Pihak Facebook juga melayangkan permintaan maafnya.

Isis (facebook)


"Isis, maaf soal hal ini. Aku tidak tahu apa yang terjadi. Aku akan melaporkannya pada orang Facebook yang tahu dan kami akan memperbaikinya," kata karyawan Facebook Omid Farivar kepada Isis, seperti dikutip detikINET dari Tech Insider.

Gara gara namanya itu, Isis berkisah kalau ia memang kadang mendapat masalah. Misalnya, pengemudi taksi Uber sering cemas kalau Isis memesan layanan mereka. Padahal Isis hanya wanita biasa dan tak berniat jahat.
Halaman 2 dari 5
(mad/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads