Pemerintah Prancis Kerepotan Awasi Calon Pelaku Serangan Teror

Teror Berdarah di Paris

Pemerintah Prancis Kerepotan Awasi Calon Pelaku Serangan Teror

Novi Christiastuti - detikNews
Minggu, 15 Nov 2015 08:24 WIB
Foto: Foto: AFP
Paris - Untuk kesekian kalinya, Prancis dilanda serangan teror yang merenggut banyak nyawa. Disinyalir, banyak warga Prancis yang diradikalisasi secara diam-diam untuk melakukan serangan teror di negaranya sendiri.

"Prancis kerepotan dengan jumlah orang yang harus mereka awasi," sebut pengamat terorisme CNN, Paul Cruickshank seperti dilansir CNN, Minggu (14/11/2015).

"Mereka mengamati berkas pengawasan lebih dari 5 ribu ekstremis Islam di seluruh negaranya. Ada lebih dari seribu warga Prancis yang pergi ke Suriah dan Irak. Mereka tahu bahwa sekitar 250 orang di antaranya telah kembali dan hanya jumlah itu yang mereka waspadai," imbuhnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Cruickshank menyinggung rencana teror yang berhasil digagalkan di Belgia, pada Januari lalu, ketika otoritas keamanan setempat menyita sejumlah besar senjata dan juga seragam polisi. Diduga, rencana serangan itu akan dilakukan di sebuah lokasi sensitif di sana.

"Pejabat intelijen di sana dan di Amerika Serikat telah memberitahu saya bahwa rencana ini diarahkan oleh kepemimpinan ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) di Suriah," sebutnya.

Diduga, serangan teror di Paris ini masih ada kaitannya dengan serangkaian serangan teror yang melanda sejumlah negara, dalam beberapa waktu terakhir.

"Ini merupakan kelompok yang semakin dalam pada urusan terorisme internasional. Saya pikir seluruh peristiwa berbeda dalam beberapa minggu terakhir cukup menggambarkan hal ini: Lebih dari 100 orang tewas dalam serangan di Ankara -- pengebom bunuh diri ISIS -- serangan di Beirut, 40-50 orang tewas, pengebom ISIS mengklaim menjatuhkan pesawat maskapai Rusia, Metrojet. Terus berlanjut. ISIS menjadi poros terorisme internasional," jelasnya.

Fakta bahwa serangan teror di Paris terjadi hanya dalam rentang waktu 30 menit, menunjukkan bahwa serangan itu direncanakan jauh-jauh hari. Penulis 'ISIS: Inside the Army of Terror', Michael Weiss menyebut adanya semacam struktur komando dan kendali di balik serangan tersebut.

"Tidak bisa dikatakan bahwa serangan itu datang dari markas ISIS di Raqqa (Suriah). Salah satu hal yang harus selalu diingat adalah bahwa kekhalifahan (ISIS) telah mengalami perluasan dengan cara yang tidak diduga. Bukan lagi bertempat wilayah di Suriah dan Irak, tapi mereka mendapatkan afiliasi -- mendapatkan sel sleeper -- yang menyatakan kesetiaan dan melakukan operasi mereka sendiri," jelasnya.

Dengan adanya aliran stabil pelaku jihad asing ke lokasi seperti Suriah dan sekitarnya, yang kemudian kembali ke negaranya dan ditambah adanya simpatisan ISIS di banyak negara Eropa, dinilai semakin mempermudah ISIS dalam mendorong serangan teror semacam ini.

(nvc/dhn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads